CIHIDEUNG, RADSIK – Belum genap satu bulan mengawali tahun 2023, Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya sudah melambung. Berdasarkan data Sistem Informasi DBD Kota Tasik (SIDBD) tercatat 16 kasus muncul sampai dengan Jumat 13 Januari 2023.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Asep Hendra membenarkan hal tersebut. “Sudah 16 kasus DBD di Kota Tasikmalaya. Dari kasus yang ada, ada yang anak ada juga yang dewasa,” kata dia kepada Radar, Minggu (15/1/2023).
Meski begitu, dia mengaku belum mendapat laporan lebih lanjut. Apakah ada korban meninggal atau tidak dari temuan belasan kasus itu. Hanya saja masyarakat diminta tetap waspada terhadap penyebaran DBD. Apalagi, kasus serupa pernah melonjak signifikan tahun lalu. “Kita ketahui kasus itu lebih dari 1.800 sepanjang tahun lalu. Terdapat 28 kematian yang didominasi oleh anak-anak,” ungkapnya.
Baca Juga:Peran Ibu Jadi Kunci Karakter Anak8 Calon PPS Terindikasi Anggota Parpol
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Pihaknya mengimbau publik tetap memperhatikan kebersihan di lingkungan masing-masing. Lantaran penyakit ini sangat dipengaruhi kebersihan lingkungan dan prilaku masyarakat. “Kami tetap imbau itu. Selain ketika ada indikasi anggota keluarganya terjangkit dengan gejala-gejala spesifik bisa langsung diperiksa di fasilitas kesehatan terdekat,” katanya.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Ahmad Junaedi Sakan meminta masyarakat memperhatikan potensi penyebaran DBD di lingkungan masing-masing. “Kita tekankan peran stakeholder juga supaya ingatkan warga agar bisa membersihkan rumah warga masing-masing. Disamping Pemkot dan sejumlah unsur tengah menggalakan bebersih setiap Jumat,” harapnya.
Politisi PKB itu menceritakan dari beberapa kasus yang terjadi di tahun lalu. Rata-rata petugas menemukan jentik nyamuk di bagian dalam rumah warga. Mulai dari tatakan air pada dispenser, kulkas, sampai kamar mandi yang tidak digunakan.
“Jadi kita harap pemerintah tidak hanya turun sendirian bersih-bersih, tapi edukasi dan rangsang juga kesadaran PHBS masyarakat bisa melalui RT/RW, lurah atau pun para ulama, majelis taklim dan DKM di wilayah lingkungan warga,” ujarnya. (igi)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!