Diberitakan sebelumnya, berdasarkan keterangan dari istrinya yakni SL, pelaku melakukan penganiayan terhadap bayinya sendiri. Pemukulan terjadi karena bayi itu menangis saat keduanya berada di sebuah tambak udang di Dusun Bojongsalawe Desa Karangjaladri Kecamatan Parigi.
Red disebut menampar wajah si bayi, lalu memukul perutnya dengan cukup keras. Kemudian melempar bayi itu ke saung.
Bayi itu terus menangis setelah dilempar dan ibunya memberi minum air putih menggunakan dot. Selang beberapa lama, balita itu menghembuskan nafas terakhir. Namun keduanya tidak menyadari anaknya sudah tak bernyawa.
Baca Juga:Khawatir Mengganggu saat Dibawa ke SekolahAntrean Haji Mencapai 17 Tahun
Keesokan harinya, mereka berdua menyadari anaknya tak bernyawa. Kemudian pelaku membungkus jenazahnya menggunakan kain samping di sebelah saung tambak udang itu.
Kepala Desa Ciliang Kecamatan Parigi Su’id mengatakan, SL dan Red sempat berpindah tempat sejak kabur dari rumah neneknya. “Jadi pertama itu diamnya di saung Karang Bawang, lalu pindah ke tambak udang itu,” ucapnya.
Menurut Su’id, SL jarang makan saat kabur dari rumah. Sementara suaminya sering minta-minta makanan ke warung. “Bayinya juga sering disiksa, menurut keterangan dari ibunya,” jelasnya.
Kata dia, SL dan Red menikah siri sejak tiga tahun lalu dan baru memiliki anak beberapa bulan ke belakang. “Ya keluarganya termasuk yang tidak mampu itu teh,” ujarnya.
Menurut dia, SL maupun Red mengalami gangguan mental, sehingga pada saat punya bayi semuanya khawatir. “Iya itu suaminya sama saja, tapi kemana-mana juga suka bareng,” jelasnya.
Kata dia, Red tidak memiliki pekerjaan tetap. Bahkan suka keluyuran. “Makannya juga dari neneknya saja,” ucapnya. (den)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!