PANGANDARAN, RADSIK – Pohon kelapa di Kabupaten Pangandaran dinilai sudah watunya megalami peremajaan agar bisa bersaing. Hal tersebut seperti dikatakan Humas PT Pecu Pangandaran Roni.
Roni mengatakan, pasokan buah kelapa dari Kabupaten Pangandaran tidak bisa memenuhi kebutuhan produksi. “Kelapa dari Pangandaran hanya memasok 20 persen. Sisanya didatangkan dari luar daerah,” kata dia kepada Radar, Selasa (3/1/2023).
Menurutnya, 80 persen bahan baku didatangkan dari Sumatera seperti Palembang, Jambi dan Riau. “Harganya bahkan tidak jauh beda dengan Pangandaran,” ucapnya.
Baca Juga:Pedagang Asongan Dilarang ke Bibir PantaiBupati Jeje dan Ujang Bendo Berdamai
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Selama ini, pihaknya membeli kelapa langsung dari para Bandar dengan harga Rp 3.000 per kilogramnya. “Sebenarnya harga kelapa ini bisa fluktuatif (naik-turun, Red), kalau harga dari petaninya kurang tahu,” jelasnya.
Pihaknya masih belum sanggup jika membeli harga kelapa melebihi Rp 3.000 per kilogramnya. “Kalau sampai Rp 4.000 masih berat, nanti berpengaruh juga pada produksi,” katanya.
Menurut Roni, kelapa Pangandaran ukuranya lebih kecil dinanding kelapa dari luar. “Itu mungkin karena di Sumatera pohon kelapa tumbuhnya di lahan gambut, sementara di kita tumbuhnya di area pantai,” jelasnya.
Selain itu, kelapa di Sumatera baru dipetik kalau sudah tua atau matang. “Biasanya tiga bulan baru dipetik, bahkan sampai berjatuhan. Sementara di kita satu bulan juga sudah dipetik,” ucapnya.
Kemudian, kata dia, pohon kelapa di Kabupaten Pangandaran sudah banyak yang tua. Ia menilai perlu penanaman ulang atau peremajaan pohon kelapa. “Saya harapkan ke pemerintah daerah ada peremajaan pohon kelapa, sehingga produksinya bisa meningkat,” jelasnya.
Petani kelapa di Kecamatan Parigi Tatang Tunggar (30) mengatakan, harga buah kelapa dijual Rp 1.500 per butirnya. “Itu harga dari petani ke bandar,” ucapnya.
Baca Juga:Akibat Ulah Oknum PegawaiMaling Motor, Pemuda Asal Ciamis Babak Belur
Dengan harga segitu, Tatang menilai masih sangat murah. “Dulu mah sampai Rp 3.000 bahkan harganya bisa lebih dari segitu,” ujarnya. (den)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!