Terpisah, Myftah Faried mengungkapkan efek positif dari gerakan Satgas sampai saat ini belum terlihat. Pasalnya sampah masih menggunung, baik di TPS liar maupun di depo. “TPS liar hanya sesaat saja bersihnya. Sementara di TPS legal, gundukan sampah masih banyak yang belum bisa diangkut,” ungkapnya.
Logikanya, kata Faried, kebijakan pemerintah itu harus memberikan dampak yang positif. Faktanya, masyarakat masih disuguhkan tumpukan sampah di TPS liar maupun legal, ASN pun punya beban tambahan untuk mengangkut sampah. Termasuk DLH, harus mengangkut sampah dengan volume yang lebih banyak. “Memang enggak jelas siapa yang mendapat manfaat atau efek positif dari gerakan tersebut,” ucapnya.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kota tasikmalaya Ijang Furqon menilai inovasi penanganan sampah oleh pemkot, tidak mempertimbangkan kemampuan pengangkutan. Dari mulai armada dan juga petugas. Sehingga, malah memperparah keadaan.
Baca Juga:PPKM Dicabut, Prokes Tetap Berlaku23 PNS Masuk Masa Pensiun
“Daya tampung kontainer di TPS pun belum memadai, sehingga sampahnya jadi menggunduk sampai ke bahu jalan. Jadi, inovasinya nanggung. Gerakannya bagus tapi tidak menyesuaikan kemampuan,” paparnya.
Budayawan Tasikmalaya Tatang pahat menuturkan pembentukan serta gerakan Satgas Tasik Resik akan efektif jika diterapkan di masyarakat dengan tingkat kesadaran yang tinggi. Pemkot pun menurutnya bisa memahami bagaimana kultur dan karakter masyarakat Kota Tasik saat ini. “Bukannya jadi malu, malah jadi keenakan,” tuturnya.
Tatang mencontohkan ketika TPS liar dipasangi larangan buang sampah, para pelaku akan mencari tempat lain untuk membuang sampah. “Jadinya muncul TPS-TPS liar baru, artinya kan tidak menjadi solusi,” terangnya.
Ketua DPP Lembaga Penyelamat Lingkungahn Hidup Indonesia (LPLHI) Mugni Anwari mendukung niat dari Dr Cheka yang ingin mewujudkan Kota Tasik yang resik. Namun pihaknya tetap tidak sepakat dengan caranya dengan pola gerakan yang dilakukan Satgas. “Karena hanya memindahkan sampah dari TPS liar ke TPS yang disiapkan pemerintah,” ucapnya.
Dia lebih sepakat jika gerakan membabat TPS liar itu lebih melibatkan masyarakat sekitar. Karena secara tidak langsung hal itu jadi ruang edukasi penyadaran kepada warga. “Kalau dengan pola saat ini kami rasa malah membuat kebiasaan buruk masyarakat lebih parah,” ucapnya.