Pada musim bunga 75 persen boks isi koloni lebah. Di bulan Mei – Juni dapat menghasilkan 50 liter dengan nilai Rp 12.000.000.
“Kondisi ini masih dapat ditingkatkan dengan cara mengantisipasi faktor internal berupa pemeliharaan stup bok dan pengolahan madu dengan mesin pemanas tanpa mesin. Kedua metode tersebut dapat menambah menghasilkan madu berjumlah 100 liter dengan waktu yang relatif singkat,” katanya.
Oleh karenanya, dalam menunjang keberhasilan peningkatan produktivitas budidaya lebah madu tersebut. Pihaknya dalam pengabdian kepada masyarakat dengan metode penyuluhan, partisipasi mitra, dan kegiatan pendampingan.
Baca Juga:Siswa Tak Boleh Dikeluarkan Semena-menaJuara 1 Duta Pariwisata Remaja Indonesia
Dalam kegiatan penyuluhan, tim pengabdian pada masyarakat memberikan pelatihan pengelolaan boks sarang lebah. Pastinya dengan diberikan pelindung atap yang terbuat dari asbes maupun dari atap bahan daun nipah agar lebih estetis ,dan pembuatan tangkai sarang lebah yang dilengkapi oleh mangkuk anti predator.
“Serta pengolahan madu agar lebih higienis dengan menggunakan Tokuy Honey (Toho) pengolah madu dengan pemanas tanpa mesin,” ujarnya. Selanjutnya menggunakan partisipasi mitra. Mengingat dalam pengabdian ini mesti ada peran serta masyarakat sebagai mitra. Sebab untuk hal-hal yang teknis, meliputi; menyediakan tempat penyuluhan, menyebarkan undangan, peralatan untuk penyuluahn seperti kursi, meja, dan lainnya.
“Sementara tim pengabdian berperan dalam menyediakan materi presentasi dan moderasi. Serta peralatan pelatihan yang dihibahkan melalui ketua komunitas kelompok budidaya lebah,” katanya.
Lalu, tim pengabdian melakukan kegiatan pendampingan. Dalam pelaksanaannya itu sebagai implementasi dari hasil kegiatan pelatihan sebelumnya.
Lebih lanjut dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, diawali dengan memberikan pemahaman tentang konsep teknis pengukuran efisiensi secara umum. Tentunya dengan pengukuran efisiensi dalam budidaya lebah baik dari sisi input dari seluruh pembudidaya lebah yang ada di desa Margacinta.
Setelah diberikan pemahaman para peserta memahami sumber–sumber peningkatan produktivitas dalam menghasilkan madu lebah. Diantaranya melalui; penggunaan pikiran, penggunaan tenaga jasmani/fisik, penggunaan waktu, penggunaan ruang, penggunaan material/uang.
“Di mana dalam penggunaan pikiran, tenaga jasmani, waktu, ruang dan material dalam budidaya lebah dialokasikan secara efisien. Upaya peningkatan produktivitas produksi madu dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal,” katanya.