“Padahal di sini ada lembaga khusus, komisi pengawas persaingan usaha itu dibawah presiden langsung untuk mengadukan ketika ada dugaan praktek monopili,” kata dia, menjelaskan.
“Kami hanya mengingatkan agar harga benang kembali normal. Karena bagi para pengusaha bordir, benang itu ibarat nasi dan lauk pauknya,” jelas dia.
Sebenarnya, kata dia, benang bahan bordir ini bukan langka, tapi mahal. Jadi hanya beberapa bulan pascapandemi Covid-19 ini bisa naik hingga tiga kali dalam satu tahun. Padahal saat kenaikan itu tidak ada faktor penyebabnya, melainkan secara tiba-tiba. “Biasanya, kenaikan dollar atau BBM berdampak, ini tidak ada kenaikan itu, tiba-tiba naik saja,” ucap dia.
Baca Juga:Rebutan AlatPemanfaatan GCC Belum Jelas
“Jadi bahan baku itu tersedia namun mahal, yang jadi patokan para pengusaha itu ada di satu toko. Tapi satu toko itu ketika mencoba mengukur saja, misalanya dari Rp 20.000 jadi Rp 28.000. Bagaimana pengusaha mau bertahan. Biaya produksi jadi tinggi, diduga dikuasai beberapa pengusaha,” ujarnya menejelaskan.
Sekarang, kata dia, para pengusaha yang tadinya memiliki keuntungan dari per potong itu sekian, sekarang makin sulit untuk mengambil keuntungan. Apalagi di sana memang terbukti banyak pengusaha bordir yang menjual mesinnya.
Lanjut dia, ketika pengusaha bordir ini gulung tikar jelas sangat berdampak terhadap tenaga kerja yang terserap. “Ini jadi kerugian pemerintah daerah, karena satu pengusaha bordir ini cukup banyak menyerap tenaga kerja. Sehingga sedikit banyak membantu menekan angka pengangguran,” ujar dia.
Dewan Minta Pemda Menelusuri
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tasikmalaya Hakim Zaman mengucapkan terima kasih atas kedatangan para pengusaha bordir dari Sukaraja yang bisa mewakili pengusaha konveksi lainnya se-Kabupaten Tasikmalaya.
“Kedatangan para pengusaha bordir ini sangat bermanfaat, kita bisa mengetahui kondisi dunia konveksi. Di mana saat ini sedang mengeluhkan mahalnya hagra kain dan benang, akibatnya pengusaha kesulitan untuk produksi,” ujarnya kepada Radar, tadi malam
Lanjut dia, memang mendengar aduan dari para pengusaha bordir ini ada dugaan monopoli. Di mana para pengusaha ini berbelanja bahan tersebut hanya tersedia di satu toko, wilayah Kota Tasikmalaya. Namun, dalam beberapa bulan ini harganya terus mengalami kenaikan.