Setelah itu, barulah pihaknya akan menginventarisir kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat yang dianggap miskin. Pasalnya setiap wilayah tentunya punya kebutuhan yang berbeda-beda. ”Misal warga miskin di Tamansari dan Cihideung tentu perlu treatment yang berbeda,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan kembali menginventarisir bantuan-bantuan yang sudah diterima masyarakat. Supaya ada ke depannya program bantuan bisa diberikan lebih merata. ”Dari mulai bantuan sosial, rutilahu dan bantuan-bantuan lainnya akan kita singkronkan,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala BPS Kota Tasikmalaya Bambang Pamungkas mengatakan bahwa menurunnya angka kemiskinan bukan hanya akibat satu atau dua faktor saja. Tentunya dari kebijakan dan program-program pemerintah secara akumulatif.
Baca Juga:Tunggu AhliAngka Kemiskinan Sebatas Pajangan
”Jadi ini hasil kerja kolektif,” ujarnya kepada Radar, Rabu (7/12/2022), ketika dikonfirmasi terkait menurunnya angka kemiskinan di Kota Tasikmalaya, yang membuat Kota Resik tak lagi dilabeli kota termiskin se-Jawa Barat.
Penurunan angka kemiskinan itu, kata dia, bukan berarti hasil dari program atau kebijakan dalam waktu dekat. Upaya di tahun-tahun sebelumnya pun bisa ikut memengaruhi. ”Jadi banyak yang menjadi faktor yang memengaruhinya,” ucapnya.
Menurut dia, penurunan angka kemiskinan di Kota Tasikmalaya bukanlah hal yang istimewa. Selain karena penurunannya sedikit, pihaknya pun tidak melihat ada program pengentasan kemiskinan yang luar biasa. ”Pada dasarnya program yang dijalankan standar saja. Sama dengan daerah lain kan. Hanya saja di sini lebih efektif dari Kuningan dan Indramayu,” ucapnya. (rga)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!