Temuan kasus baru yang tinggi pengidap penyakit ini berada di usia produktif yaitu di usia 21 hingga 40 tahun. Dengan jumlah kasus 38 orang di usia 21-30 tahun dan di usia 31-40 tahun ditemukan 31 kasus. Fenomena ini perlu kiranya diungkap secara detail dan ilmiah yang menjadi penyebab utama kasus HIV/Aids menjadi jumlah tertinggi di golongan usia tersebut. ”Harapannya untuk mengungkap penyebab utama dari sebaran kasus, serta lebih jauhnya kondisi psikologis, sosial dan budaya yang mengakibatkan kondisi terbaru menyebar lebih jauh dan lebih banyak di Kota Tasikmalaya,” tuturnya.
Jika dianalisis lebih dalam kasus yang terjadi pada 2022 berdasarkan faktor resiko yang ditemukan berada di kasus lelaki seks lelaki (LSL) sebanyak 67 kasus. Hal tersebut juga harus menjadi perhatian lebih dengan tingkat perkembangan di kelompok ini. Berbagai pihak seharusnya diharapkan menangani masalah tersebut dari berbagai bidang kajian, lembaga dan sumber keilmuan termasuk penanganan yang harus dilakukan kepada mereka yang mengalami atau terpapar penyakit ini untuk setidaknya dapat mencegah sebaran kasus yang lebih besar terjadi.
Kewaspadaan pada peningkatan kasus dan perubahan penularan HIV dapat meningkatkan level epidemik karena aktivitas seksual yang merupakan pola penularan utama. Perilaku kelainan seksual dan beresiko cenderung meningkat dan sulit terprediksi. Dengan demikian, pengungkapan kasus sulit teridentifikasi ditambah dengan penjangkauan dan pendampingan untuk kesinambungan pengobatan merupakan upaya yang harus dilakukan dengan pekerjaan yang sangat rumit mengingat mereka yang terjangkit sangat dirahasiakan.
Baca Juga:Kerja PrakerjaSssttt… Tunjangan Dewan Naik!
Deden menjelaskan pengungkapan kasus yang ditujukan kepada kelompok beresiko, kelompok kunci dan rentan merupakan bagian tersulit. Karena mereka yang terpapar kasus ini cenderung setelah periode waktu tertentu dan dirasakan gejalanya semakin parah. Padahal pada kelompok tersebut dapat terdeteksi lebih awal. ”Pada kelompok inilah kasus yang muncul menjadi bagian terbesar dan tidak terdeteksi sebelumnya, masalah ketertutupan dan kesadaran yang masih kurang pada kelompok beresiko tinggi untuk memeriksakan diri menjadi penyebab utama penyebaran penyakit HIV/aids,” tuturnya.
Dengan kondisi seperti yang diungkapkan di atas, prediksi perkembangan, perilaku, lokasi dan kebiasaan utama dari mereka yang terpapar menjadi bagian terpenting dari pencegahan penularan yang mungkin terjadi ke depan. Namun metode yang pasti dan menentukan untuk mencegah penularannya membutuhkan berbagai komponen keilmuan dan lembaga yang terintegrasi (pemerintah, swasta dan lembaga lainnya) mengingat ketertutupan mereka atau hanya kepada beberapa orang yang mungkin sudah mereka kenal dengan baik.