Khusnul, suami dan anak kedua pun cari nunutan truk ke Jakarta. Sambil jaga barang. Khusnul masih tetap tomboi. Kini dia sudah punya anak ketiga. Masih bayi. Itulah anak yang lahir setelah jadi korban bom Bali. Juga laki-laki.
Kepada Ali Imron, Khusnul bercerita banyak tentang penderitaannyi, nasib anaknyi, dan segala macam kesulitan setelah bom Bali. Ali mau memberi nasihat yang diinginkan. Mereka pun pamitan.
Saat pamit itulah Ali Imron memberi sangu Khusnul. Khusnul kaget. Nilainya Rp 1,5 juta.
”Kok Ali Imron banyak uang ya?” tanya saya.
Baca Juga:BKC Kabupaten Tasikmalaya Terus BerprestasiJangan Tunggu PKL Menjamur
”Saya juga heran, di penjara kok punya banyak uang,” ujar Khusnul.
Mereka pun pulang ke Surabaya. Tidak naik truk lagi. Mereka punya uang untuk naik kereta.
Uang habis. Juga tidak cukup untuk membayar uang kuliah Sang anak. Pekerjaan juga tidak kunjung didapat. Sang anak sudah hampir dua tahun tidak bisa kuliah. Sang ayah belum menemukan sumber penghasilan yang bisa untuk menyekolahkan anaknya.
Suatu sore rumah kontrakan Khusnul di Sidoarjo digerebek polisi. Sang suami tidak di rumah. Khusnul tidak tahu ke mana suami pergi. Yang jelas, tadi masih salat Jumat. Pulang dari masjid ia pamit pergi.
Rumah Khusnul digeledah. Di lemari ditemukan uang Rp 15 juta. ”Uang apa ini?” tanya polisi seperti ditirukan Khusnul pada saya. ”Itu uang suami. Baru kemarin didapat. Itu untuk bayar uang kuliah anak kedua kami,” jawab Khusnul.
Penggeledahan diteruskan ke bagian bawah lemari. Ditemukanlah serbuk putih. Beberapa kilogram. Polisi menyitanya.
Bagaimana dengan uang Rp 15 juta itu?
”Kalau uang itu disita, anak saya tidak bisa kuliah,” ujar Khusnul pada polisi. Uang itu pun dikembalikan ke Khusnul. Pesan polisi: agar dipakai bayar kuliah anaknyi.
Baca Juga:Wujudkan Rumah tanpa RokokTingkatkan Asupan Gizi untuk Remaja
Khusnul tahu suaminyi tersangkut perkara narkoba. Sang suami sudah bercerita dua hari sebelumnya. Yakni ketika mendapat uang Rp 15 juta itu. Itulah untuk pertama kalinya sang suami pulang membawa uang banyak. Harapannya: anak kesayangannya bisa kuliah lagi.
Malam harinya Pak RT datang ke rumah Khusnul. Pak RT memberitahukan berita duka: Sang suami tewas ditembak polisi. (*)