TAROGONG KIDUL, RADSIK – Harga kedelai yang masih tinggi membuat para perajin tempe merana sebab biaya produksi yang tak sebanding dengan pendapatan menjadi kerugian yang dialami, bahkan para perajin tempe sempat mogok produksi yang menyebabkan tempe langka di pasaran.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Garut Nia Gania Karyana menuturkan, kelangkaan dan naiknya harga kedelai ini menjadi masalah nasional.
Ia menjelaskan ada tiga faktor kelangkaan dan mahalnya kedelai ini, pertama kelangkaan kapal kargo dari negara luar ke Indonesia, kemudian kelangkaan kontainer, dan adanya faktor geopolitis. “Nah, sehingga kalau kita memecahkan per kabupaten agak sulit, memang kebijakannya berada di Kementerian Perdagangan, dan ekspor impor, menurut informasi dari Departemen Pertanian bahwa kebutuhan kedelai itu sekitar 2.842.222 ton per tahun diperkirakan, ini bergantung kepada negara Amerika atau negara luar,” kata Nia.
Baca Juga:Bangun Masjid dan Bagikan IqraOptimalkan Stabilitas Pangan Kabupaten Ciamis
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Permasalahan harga kedelai ini juga menjadi dilema tersendiri, karena berdasarkan keterangan dari Kadisperindag ESDM Garut, jika kedai impor itu mampu menjual ke Indonesia dengan harga Rp 5 ribu, maka para petani kedelai lokal tidak akan mampu menjual dengan harga yang sama. “Ini satu kondisi yang sebetulnya sangat menyakitkan, tatkala impor kedelai menjadi prioritas, sementara kacang kedelai kita tidak mampu memiliki daya saing dan ini tugas kita bersama,” katanya.
Sementara, berkaitan dengan kelangkaan tempe di pasaran, ia menilai jika masih ada pedagang-pedagang tempe yang berdagang, walaupun mengurangi dari sisi kuantitas produksinya.
Ia berujar jika pihaknya sudah diinstruksikan oleh Bupati Garut Rudy Gunawan untuk tetap menjaga stabilitas harga dan juga menjaga dagar distribusi barang tetap ada. “Dan yang ketiga memberikan sebetulnya subsidi yang sedang kita kaji seperti apa jenis subsidinya, karena bagaimanapun ini memerlukan kajian yang cukup,” tambahnya.
Lebih lanjut Nia Gania mengatakan, dalam upaya menstabilkan harga, salah satunya dengan menambah pasokan, di mana Pemerintah Kabupaten Garut melalui Disperindag telah melakukan koordinasi dengan bulog untuk operasi pasar bagi perajin tempe.