BUNGURSARI, RADSIK – Sejumlah mahasiswa menggelar aksi dalam rangka Hari Ulang Tahun Kota Tasikmalaya ke-21. Mereka yang tergabung dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Unsil itu menyampaikan sejumlah tuntutan yang merupakan pekerjaan rumah pemkot.
Korlap Aksi Agus Salim mengungkapkan, Kota Tasikmalaya secara periodik bertahan menyandang gelar Kota Termiskin di Jawa Barat. Indeks atau angka dari Badan Pusat Statistik di tahun terakhir berada di angka 13,13 kemiskinan daerah.
“Artinya selama periode Budi Budiman sampai Muhammad Yusuf, aksi konkret untuk menanggulangi problem ini tidak ada atau bahkan tidak serius,” tegasnya disela aksi di bale kota, Rabu (26/10/2022).
Baca Juga:Jangan Merokok di Zona TerlarangJalan Karangjaya Sempat Tertutup Longsor
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Selain itu, persoalan pengangguran terbuka pun tak luput dari pekerjaan rumah pemkot. Dimana, saat ini selain data statistik yang muncul dan fenomena di lapangan banyaknya warga berkeliaran tidak jelas lantaran pengangguran. “Pengangguran masih tinggi dan banyak sekali warga keluyuran tidak jelas lantaran menganggur tidak ada pekerjaan. Itu sejauh apa disikapi pemkot seperti tidak ada gebrakannya,” keluh Agus.
Ditambah lagi, lanjut dia, persoalan sampah yang begitu kental ditemui di setiap jalur protokol. Tidak luput dari tumpukan sampah dan dinas teknis lagi-lagi beralasan klasik. Kurangnya sarpras dan anggaran untuk menanggulangi persoalan di lapangan. “Jadi kita lihat di momen ulang tahun ke-21 ini, pemkot bukan sebatas tidak serius, akan tetapi gagal mengelola daerah dalam konteks menyelesaikan persoalan fundamental mulai kemiskinan, pengangguran dan persampahan,” tegas aktivis mahasiswa itu.
Pihaknya mendesak pemkot segera menunjukan langkah konkret menyikapi persoalan krusial yang kerap ditemukan itu. Sebab, lanjut dia, percuma ketika infrastruktur dan bangunan pemerintahan megah serta mewah, sementara persoalan fundamental tak kunjung membaik. “Kalau masyarakat masih terdesak ekonomi bagaimana bicara daerah maju secara ideal. Infrastruktur sudah gegap gempita dan bangunan terbengkalai atau minim fungsi,” tegasnya.
“Sementara yang lebih urjen di masyarakat dan masih jadi persoalan malah terkesampingan. Kami menyimpulkan, alokasi APBD masih cenderung dibelanjakan hal tidak efektif dan kurang menyentuh ke masyarakat,” sambung Agus.