TAWANG, RADSIK – Gangguan ginjal pada anak saat ini tengah menjadi sorotan publik, termasuk Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya. Di samping penertiban peredaran beberapa jenis obat, orang tua harus pola pipis anak.
Kepala Dinkes Kota Tasikmalaya dr Uus Supangat mengaku sejauh ini belum ada temuan gangguan ginjal pada anak di Kota Tasikmalaya. Hal itu berdasarkan dari pantauan pasien di fasilitas kesehatan (faskes) yang ada. “Alhamdulillah di Kota Tasik tidak ada,” ungkapnya kepada Radar, Selasa (25/10/2022).
Kendati demikian, hal itu belum bisa menjadi jaminan karena tidak ada pengecekan satu per satu kepada anak. Ada kekhawatiran kasus penyakit tersebut terjadi di luar pengawasan faskes. “Yang dikhawatirkan itu, ada kasus tapi tidak diperiksakan ke faskes,” ucapnya.
Baca Juga:Maksimalkan Anggaran yang AdaTabrakan, Satu Keluarga Meninggal
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Apalagi, beberapa jenis obat yang diindikasi menjadi penyebabnya gangguan ginjal anak sudah terlanjur beredar sebelumnya. Maka dari itu pihaknya meminta para orang tua untuk tidak abai terhadap kondisi kesehatan anaknya. Ketika memang sakit, perlu segera dibawa ke klinik atau puskesmas. “Supaya bisa ditangani secara medis,” ucapnya.
Ada pun gejala untuk gangguan ginjal paling mudah dilihat yakni intensitas buang air kecil. Gejala tersebut berlaku juga pada anak yang dalam hal ini berusia lima tahun ke bawah. “Gejala spesifiknya gangguan perkemihan atau pipis, bisa disertai demam atau gejala lainnya,” ucapnya.
Meski pun sebelumnya tidak mengonsumsi enam jenis obat yang saat ini ditahan peredarannya, dr Uus meminta para orang tua juga aktif memantau intensitas pipis anak. Ketika dinilai tidak wajar, maka perlu segera diperiksakan. “Kalau pakai pampers harus sering dicek, kalau seharian tidak pipis perlu diperiksakan,” terangnya.
Disinggung soal normalnya intensitas pipis anak balita, menurutnya variatif. Bayi sampai balita normalnya bisa 750 ml sampai 1.000 ml per hari, namun bergantung pada banyaknya asupan cairan. “Ada tolok ukurnya, tapi tergantung banyaknya susu yang masuk atau air minum yang masuk,” katanya.