Tapi kaipang itu fisiknya saja yang kumal dan kumuh. Kependekaran wushunya tetap kelas sambo.
Willyam juga salah satu pendekar: pendekar 4-R Indonesia.
Sampai di pabrik Willyam sampah plastik itu dicacah oleh mesin cacah. Lalu dicuci. Dikeringkan. Diproses jadi bijih plastik. Dijual. Atau ia olah sendiri jadi produk jadi. Misalnya untuk kantong sampah berwarna hitam itu.
Willyam terjun ke sampah meneruskan usaha mertuanya. Ia melakukan modernisasi usaha itu.
Baca Juga:Petani, Nilai Tukar Petani, dan Kesejahteraan PetaniOPD Baru Segera Dibentuk
Sebagai sarjana manajemen Ubaya (Universitas Surabaya) ia ubah usaha sampah informal Sang mertua jadi perusahaan berbentuk PT.
Awalnya Willyam bekerja di bank. Di bagian corporate. Di bank itu ia berkenalan dengan seorang gadis. Pacaran. Serius. Ketika Willyam melamar, ia tahu pacarnya itu 4 bersaudara, perempuan semua.
”Lamaran saya diterima. Tapi dengan syarat. Saya harus meneruskan usaha beliau. Jadilah saya bergabung ke partai kaipang mertua,” ujar Willyam.
Ternyata di tengah para perusak seperti Sambo, gas air mata Kanjuruhan, dan narkoba Teddy Minahasa, kita masih punya pahlawan-pahlawan lingkungan untuk masa depan bumi. (*)
NB: Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/.
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!