Ada proses perdebatan dalam mencapai pelurusan dengan pejabat dimaksud. Diskusi tersebut terjadi di Pasar Bordir Tasikmalaya, di Ex Terminal Cilembang. Setelah dijelaskan lebar panjang, dan ia begitu percaya setelah aku mengatakan, aku cicit Hj Umayah. Akhirnya pejabat itu menerima penjelasan baru yang benar. Demi kebenaran yang didapat, ia berkenan untuk datang berziarah ke pemakaman Hj Umayah. Mungkin semacam ingin pembuktian atas kebenaran dari penjelasan itu.
Ketika kisah Umayah, tercium ada aroma ”penyesatan” entah pretensi apa yang melatarinya. Tapi yang jelas ada pihak yang dirugikan dan diuntungkan. Yang dirugikan adalah Hj Umayah dan keturunannya itu sebagai pemilik syah dari kisah itu sendiri. Yang diuntungkan adalah siapa yang mendapat ”berkah” timbal balik atas penyimpangan itu.
Keterpanggilan dan naluri kepenulisan telah menggerakkanku untuk terus ”noroweco” di berbagai pertemuan, baik sebagai audience maupun sebagai narasumber. Dalam diskusi dan seminar di hotel-hotel di Kota Tasikmalaya. Atau mencatatkan opini di beberapa media cetak dan online.
Baca Juga:Lalin di HZ Belum TerpetakanOknum TNI Dilarang Membekingi
Tujuannya satu. Kebenaran harus tegak. Sangat disadari, bahwa ini tidak ringan. Aku sedang melawan opini yang telah mengental di masyarakat dan kepala orang-orang pemerintahan yang telah hidup bertahun-tahun. Selama ini, bordir sangat identik dengan H. Zarkasie, CV. Ciwulan. Dan itu telah melekat di benak para birokrat, baik produksi bordir maupun kepeloporannya. Hal ini pernah diutarakan oleh Kang Irpan, Jupel dari Dinas Parbud Kota Tasikmalaya.
Beberapa madia mainstream yang pernah memuat tulisan tentang Umayah; Surat Kabar Priangan, lembar budaya, Koran Radar Tasikmalaya, Majalah Gema Mitra. Tulisan tentang sejarah Hj Umayah pernah pula dikirimkan ke Yayasan Bordir Jawa Barat, Ibu Hj Netti Heryawan, saat Pak Heryawan masih Gubernur Jabar, melalui jasa Staf Ahli Bupati Tasikmalaya H Safari Agustin.
”Ini hanya folklor!” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Kota Tasikmalaya, H Hadian. Disampaikan di Hotel Grand Metro, Kota Tasikalaya, pada sebuah Seminar Kebudayaan Nasional yang dihadiri oleh sekitar 500 orang se-Priangan Timur. Hadir saat itu dari Kementrian Budaya, Olahraga dan Pariwisata, dari Balai Arkeologi, juga anggota DPR RI Drs Ferdiansyah, SE MM dari Komisi X.