TASIK, RADSIK – Artis ibu kota Didi Riyadi mengakui banyaknya potensi di Tasikmalaya yang belum dikembangkan secara optimal. Supaya daerah di wilayah Jawa Barat Selatan ini bisa mengimbangi pesatnya perkembangan dan tuntutan kebutuhan zaman.
Hal itu ditegaskan saat berbincang dengan media di Hotel Horison, sebelum mengisi acara di Mapah Sauyunan rangkaian Hari Jadi Kota Tasikmalaya. Didi mengaku, belakangan ini tengah rutin berkeliling ke beberapa tempat di Tasikmalaya. Selain hunting kuliner, penabuh drum Element Band itu juga kerap menyambangi sekolah-sekolah, bertukar pengalaman dan diskusi. “Saya sharing ke remaja dan generasi Tasikmalaya untuk menyeimbangkan, kolaborasi dan sinergi. Literasi konvensional dan digital,” tututnya, Sabtu (8/10/2022).
Ia mengaku kaget, dimana saat berkunjung ke salah satu sekolah. Didi menemukan ada siswa ditanya Pancasila masih berpikir. Padahal itu ideologi bangsa yang tentunya sangat gencar ditanamkan ke generasi, di bangku persekolahan. “Kalau sila pendek pertama sampai ketiga masih tahu. Itu ditanya sila yang panjang mikir dulu,” keluhnya.
Baca Juga:Bale Kota Disesaki WargaHimpun Kembali Kekuatan Partai
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Hal itu menjadi keprihatinan jangka panjang terhadap generasi ke depan. Ia mengakui hal itu menjadi pekerjaan rumah bersama, dalam menggencarkan literasi konvensional. Literasi digital tidak ditinggalkan, tapi diimbangi agar generasi tak cuma pintar bicara tapi hanya tahu sekelumit tentang suatu persoalan.
“Harapan saya besar dan banyak, Tasikmalaya sudah ngetop. Populer, maka generasinya harus bisa memanfaatkan potensi kearifan lokal secara optimal. Salah satunya dengan mendalami banyak pengetahuan dan referensi, agar kemajuan digitalisasi berimbang dengan literatur memadai dari bacaan-bacaan konvensional,” beber Didi.
Meski, lanjut dia, literasi digital saat ini lebih familiar di kalangan milenial. Tidak sedikit juga literaturnya yang belum verified atau tidak memiliki landasan teori yang objektif. Sehingga cenderung orang yang mengonsumsi informasi digital sebatas mengetahui permukaan.
“Karena nggak semua ilmu ada di google atau youtube. Maka minat bacanya harus ditempa dan diimbangi, meski memang kemasan literasi digital lebih diminati generasi. Maka, semuanya harus perhatikan agar remaja melek juga literasi konvensional agar banyak referensi,” harap pemeran tokoh Arjuna (Jun) di Sinetron Jin dan Jun musim 2 tersebut.