Lebih lanjut dia merinci, saat ini ada 9.504 lokal ruang kelas SD. Dari jumlah itu masih banyak ruang kelas yang tidak layak. “Terdapat 985 lokal rusak berat, 2.016 rusak sedang dan 1.785 rusak ringan,” tambahnya.
Putri menyebut saat ini Pemkab Garut hanya menganggarkan sedikit untuk perbaikan ruang kelas. “Pemkab Garut hanya menganggarakan 12 lokal perbaikan ruang kelas, 3 lokal pembangunan ruang kelas baru, dan 5 lokal pemagaran,” ucapnya.
Bahkan tahun ini tidak ada anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Salah satu alasan Kabupaten Garut tidak mendapatkan DAK dari pusat, kata Putri, karena Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut tidak mengajukan perbaikan ruang kelas. “Dengan alasan adanya keterlambatan Dinas PUPR memberikan data tingkat kerusakan sekolah,” tutur dia.
Baca Juga:Pesta Wirausaha Diikuti 60 TenantTerima Laporan 12 Kasus KDRT
Wakil Bupati Garut dr Helmi Budiman mengakui kondisi struktur bangunan sekolah itu sudah lapuk. Diduga, atap ruang kelas yang ambruk itu akibat kondisi lapuk. Pasalnya, sekolah itu sudah lama dibangun dan belum ada perbaikan.
Ia menjelaskan, ketika kejadian sekitar satu per empat dari atapnya ruang kelas itu ambruk ke bawah. Alhasil, material atap menimpa siswa yang sedang berada di dalam kelas. “Itu karena sudah lapuk. Memang sekolah ini didirikan pada 1983. Dilihat dari struktur dan atapnya sudah pada lapuk,” kata wabup.
Helmi menyebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut akan merenovasi atau merehab bagunan sekolah tersebut tahun 2023. Sedangkan kegiatan belajar mengajar akan dilakukan bergantian dengan kelas yang masih layak. “Untuk kegiatan belajarnya nanti digilir dulu lah,” pungkasnya. (mg1)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!