Saya yakin, saya tidak sendirian. Ada banyak yang seperti itu. Ada banyak pula yang secinta apa pun pada Persebaya, tidak mungkin bisa menonton pula malam itu. Karena besok pagi-paginya harus bekerja.
Oke. Sesekali tidak bisa menonton tidak apa-apa. Tapi jam larut malam ini sudah berlangsung sejak tahun lalu.
Dalam hal ini, liga kita melupakan calon-calon penggemarnya di masa depan. Anak-anak kecil yang kelak akan jadi suporter fanatik, menjadi penopang kehidupan klub dan liga masa depan. Lihat saja bagaimana liga-liga maju bekerja begitu keras mendapatkan fans sejak semuda mungkin.
Baca Juga:Politik Pendatang BaruJual Sabu Pakai Motor Dinas
Anak-anak kecil inilah yang kelak akan mengubah sepak bola kita. Yang berpotensi jadi suporter lebih baik, pemain lebih baik, pengelola klub lebih baik, pengelola liga lebih baik, pemimpin negara lebih baik.
Tapi ya beginilah kalau hidup masih bingung urusan perut. Masih bingung untuk sekarang. Belum bisa berpikir lebih jauh. Belum bisa membuat keputusan yang lebih besar…
Oh ya, hampir lupa. Tulisan ini masih terlalu selfish. Masih terlalu memikirkan diri sendiri. Belum memikirkan potensi masalah yang lebih luas lagi: Konsekuensi keamanan masyarakat! Kalau pertandingan selesai pukul 22.30, jam berapa Anda bakal sampai rumah?
Pada saat itu, sudah banyak orang lelah di jalan. Dan kita harus berempati kepada aparat pengamanan, yang mau tidak mau harus ikutan berjaga sampai larut malam. Padahal, tenaga mereka mungkin dibutuhkan untuk kepentingan lebih luas lagi. Dan tenaga mereka kembali dibutuhkan keesokan harinya untuk selalu sigap menjaga keamanan masyarakat.
Jadi, kenapa harus kickoff pukul 20.30 WIB? Ya memang murni seratus persen untuk rating TELEVISI… (*)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!