Soal hak siar ini, ada pula variasinya. Seperti yang disampaikan seorang bos klub besar langsung kepada saya, saat ramai-ramainya meributkan jam tayang sebelum musim dimulai. Dia bilang, kalau memang mau memaksakan klub-klub besar main sangat malam, maka harus ada tambahan nilai komersial yang jelas. Dia mencontohkan di Spanyol. Ketika Real Madrid bertanding melawan Barcelona, maka ada tambahan khusus untuk kedua klub saat laga itu diselenggarakan. Bahkan, kedua klub itu bisa nego sendiri nilai hak siarnya.
Tentu saja itu contoh ekstrem. Kita masih membangun industri sepak bola kita. Harus membantu membawa semua klub menjadi lebih baik, memiliki pemahaman industri yang lebih baik.
Kembali soal main larut malam.
Liga jelas terbukti tidak punya bargaining power untuk mengubah jam tayang.
Baca Juga:Politik Pendatang BaruJual Sabu Pakai Motor Dinas
Klub belum tentu mendapatkan tambahan yang fair. Malah, berdasarkan pengalaman Senin malam lalu, klub sudah pasti mendapat pukulan loss revenue (kehilangan pemasukan). Pertandingan Senin larut malam itu adalah pertandingan dengan jumlah penonton tersedikit sejak saya mulai mengelola Persebaya pada 2017. Loss revenue memang belum tentu rugi. Tapi, bagi klub yang biaya penyelenggaraan pertandingannya tinggi, loss revenue hampir selalu berujung kerugian. Semoga saja tidak harus 17 kali loss revenue.
Tinggal menunggu di akhir musim. Apakah loss revenue-nya sebanding dengan nilai tambahan yang diwacanakan liga. Pada saat ini, saya merasa, 99 persen tidak.
Sekarang, kita bicara soal potensi kehilangan yang lebih menyakitkan lagi untuk masa depan.
Bagi saya, yang paling menyebalkan dari kickoff larut malam itu adalah tidak bisa mengajak, atau memaksa, anak-anak saya untuk menonton Persebaya. Dan saya yakin, banyak yang punya cerita seperti saya. Anak-anaknya tidak bisa menonton. Jangankan menonton di stadion. Menonton di televisi saja tidak bisa karena kemalaman.
Senin malam lalu, saya harus ”piket” jaga dua putri saya di rumah. Tidak bisa ke stadion. Karena istri saya sedang menemani anak pertama saya di luar kota. Walau saya menyalakan pertandingan, mereka sudah masuk kamar untuk tidur sekitar pukul 21.00. Sudah terlalu mengantuk. Karena besok pagi-pagi sudah harus bangun dan bersiap berangkat sekolah.