Dalam pengentasan kemiskinan di Kota Tasikmalaya, tidak cukup dengan memberikan bantuan untuk kebutuhan makanan. Masyarakat kurang mampu juga harus diberdayakan agar ekonominya menuju ke arah lebih baik.
Laporan: RANGGA JATNIKA
SEBAGAIMANA diketahui, pemerintah gencar menyalurkan berbagai bantuan sosial kepada masyarakat yang tercantum pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Seperti halnya Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH) sampai BPJS Kesehatan.
Bantuan itu juga disalurkan kepada masyarakat di Kota Tasikmalaya di mana ada 210.876 keluarga tercatat di DTKS. Kendati demikian, tidak semua yang tercantum di DTKS mendapatkan BPNT dan PKH.
Baca Juga:Bubble AlfonsoDi Kontrak Harga Lama, Di Lapangan Harga Baru
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Berdasarkan data Dinas Sosial, Penerima BPNT di Kota Tasikmalaya tercatat sebanyak 154.010 keluarga. Tersebar di 10 kecamatan dan paling banyak di Kecamatan Kawalu dengan jumlah 21.266 keluarga dan paling sedikit di Tawang dengan jumlah 2.167 keluarga.
Sementara untuk PKH, tercatat ada sebanyak 42 keluarga yang tersebar di semua kecamatan. Terbanyak masih di Kawalu dengan jumlah 6.537 keluarga dan paling sedikit Tawang dengan jumlah 2.167 keluarga.
Sementara itu, beberapa pihak mengasumsikan bantuan langsung hanya sebatas menjaga agar warga kurang mampu bertahan hidup. Bahkan cenderung memanjakan warga miskin ketergantungan terhadap bansos.
Sejauh ini tampaknya belum ada upaya pemberdayaan masyarakat miskin bisa memperbaiki kehidupannya. Adapun pemberdayaan lebih kepada masyarakat yang memang sudah memiliki usaha kecil-kecilan.
Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya Hendra Budiman mengatakan bahwa bansos PKH dan BPNT merupakan program dari pusat. Dinas Sosial memiliki program ”Layar Kusumah”, kependekan dari layanan Antar Keluarga Sampai ke Rumah untuk warga miskin yang hendak berobat. ”Jadi kalau ada warga miskin yang sakit kita bantu antar-jemput ke rumah sakit,” ucapnya.
Untuk pemberdayaan, pihaknya mengakui belum bisa optimal. Pasalnya pihaknya terkendala oleh anggaran yang terbatas. ”Kalau anggarannya minim ya mau bagaimana,” tuturnya.
Baca Juga:Pelaksana dan Pengawas DisemprotEdukasi Warga Soal Pengolahan Limbah
Adapun pemberdayaan yang dilakukan di antaranya yakni program beasiswa kuliah untuk pelajar berprestasi dari keluarga tidak mampu. Dengan demikian, pelajar potensial tetap punya kesempatan mengenyam pendidikan tinggi.