CIAMIS, RADSIK – Setelah kenaikan BBM bersubsidi cukup berdampak terhadap perusahaan angkutan. Salah satunya perusahaan otobus (PO) di Kabupaten Ciamis terus mengalami kerugian setelah BBM naik, karena penumpang sedikit dan biaya operasional membengkak.
Divisi Perizinan PO Gapuraning Rahayu, Nurdin mengaku sebelum pandemi Covid-19, bus masih ada peminatnya. Untuk pulang-pergi bisa mengangkut 70 orang. “Sedangkan saat ini, setelah pandemi Covid-19 dan ditambah BBM naik. Bus hanya diisi 15 orang saja untuk pulang-pergi,” katanya kepada Radar, Jumat (16/9/2022).
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Baca Juga:Dosen IPB Kenalkan Pertanian ModernKembangkan Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren
Lebih lanjut, kata dia, efeknya semenjak pandemi Covid-19 dan kenaikan harga BBM, ia mengaku bus yang dimiliki PO Gapuraning Rahayu tidak bisa beroperasional semua. Dari 100 unit yang beroperasi 15 unit dan 85 unit untuk kanibal sparepart ataupun di besi tuakan.
“Karena tidak mampu membeli sparepart, akhirnya kita kanibal bus yang berhenti beroperasi demi agar bisa berjalan usaha. Kini yang beroperasi PO Gapuraning Rahayu hanya 15 unit saja, akibat penumpangnya sepi,” ujarnya.
Dari dampak penumpang sedikit dan kenaikan BBM tersebut, sambung Nurdin, pihaknya pun tidak berani menaikkan tarif. Dengan tarif masih tetap Rp 150.000 dari Ciamis ke Jakarta. “Risikonya per hari sering nombok Rp 6 juta dari 15 unit bus yang beroperasi,” katanya.
Maka dari itu, kata dia, ia pun meminta agar pemerintah serius dalam melakukan pemulihan ekonomi, setelah pandemi Covid-19. Dengan begitu perusahaan yang ada di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi kembali berproduksi. “Pemerintah mesti perbanyak lapangan pekerjaan di Jabodetabek, nantinya menjadi magnet bagi masyarakat ke kawasan industri untuk bekerja,” ujarnya.
Sebab, PO Gapuraning Rahayu mengandalkan masyarakat yang pulang-pergi dari ke Ciamis ke Jabodetabek ataupun sebaliknya. Dengan begitu, sebagai jasa pelayanan perjalanan bisa hidup kembali. “Kalau dulu dua minggu sekali ada yang membawa orang-orang ke Jakarta untuk bekerja. Dengannya begitu bus pun hidup,” katanya.
Senada, Penanggungjawab PO MSM Asyrof Ciamis, Diki Mulyadi menyampaikan semenjak pandemi Covid-19 dan kenaikan BBM, bus yang melayani pariwisata belum normal dalam pendapatannya. Cenderung lebih banyak pengeluarannya. “Sekarang belum normal pendapatannya, apalagi pasca pandemi Covid-19 dan BBM naik,” ujarnya, yang memiliki 10 bus untuk melayani perjalanan pariwisata.