AHY Tawarkan Perubahan

AHY Tawarkan Perubahan
BERBICARA. Ketua Umum Partai Demokrat H Agus Harimurti Yudhoyono berbicara dalam Rapimnas Demokrat di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (15/9/2022). FOTO: Partai Demokrat
0 Komentar

”Mari kita belajar, dari perjalanan bangsa lain. Bangsa Jepang misalnya. Pada Agustus 1945, bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Menewaskan 220.000 orang, dan meluluhlantakkan infrastruktur di kota-kota tersebut. Namun, bom atom itu tidak mampu menghancurkan jiwa, dan pikiran bangsa Jepang. Mereka sukses membangun kembali negaranya dari kehancuran,” tuturnya.

”Begitu pula Korea Selatan. Mereka berhasil melakukan transformasi ekonomi. Dari salah satu negara termiskin di dunia, menjadi negara maju. Ditopang oleh pembangunan SDM, dan inovasi yang agresif. Kini, Korea Selatan begitu mendunia. Baik produk-produknya, teknologinya, juga budayanya,” lanjutnya.

”Bangsa Tiongkok juga menggeliat, dan terus tumbuh. Mereka membangun kekuatan industri dan ekspornya. Now, Everything is made in China,” tambahnya.

Baca Juga:Ratu WushuPemekaran Harus Mutlak Keinginan Masyarakat

Dari contoh perjalanan bangsa Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok tadi, kata dia, Indonesia dapat mengambil pelajaran. Kunci sukses majunya suatu negara adalah penyiapan dan pendayagunaan secara maksimal human capital yang dimilikinya.

DEMOKRASI, KEBEBASAN, SUPREMASI HUKUM

AHY mengungkapkan hasil riset gabungan LP3ES dengan University of Amsterdam, dan sejumlah lembaga lainnya pada 2021, mengungkap fakta; bagaimana pasukan cyber bayaran atau buzzer, menyerang Partai Demokrat secara sistematis dan masif. Melancarkan fitnah untuk membelokkan opini publik.

”Tidak hanya kepada Demokrat, buzzer pun menyerang masyarakat yang bersuara lantang mengkritik pemerintahnya. Kadang-kadang instrumen hukum digunakan untuk menjerat pihak-pihak yang kritis kepada penguasa. Ini tentu sebuah berita buruk dalam kehidupan politik dan demokrasi kita,” ujarnya.

Selain itu, kata AHY, hasil jajak pendapat lembaga survei Indikator Politik pada bulan Februari 2022, menunjukkan bahwa 62,9 persen masyarakat, takut untuk menyatakan pendapat. Bahkan, rakyat semakin takut, karena perlindungan terhadap data pribadi masih sangat lemah.

”Demokrasi menghendaki adanya kepercayaan. Demokrasi tidak berjalan, jika orang yang berbeda pendapat, dianggap sebagai musuh. Apalagi menganggap mereka yang mengkritik pemerintah, sebagai musuh negara,” tuturnya.

Akhir-akhir ini, kata dia, ruang publik sesak oleh berita skandal, di kalangan penegak hukum, dan aparat negara. Baik di media massa, maupun di media sosial. Rakyat sedang mengawasi, jalannya penegakan hukum di negeri ini. ”Juga mengawasi, perilaku para penegak hukum kita,” katanya.

0 Komentar