Sanghyang Siksakandang Karesian

Sanghyang Siksakandang Karesian
Oleh: Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S.
0 Komentar

Teks SSK selain menampilkan ajaran moral/tuntunan hidup, arsitektur, tataboga, dan keahlian, juga mengungkapkan jenis-jenis kesenian dan kawih, di samping cerita wayang, yang oleh sebagian budayawan dan ahli seni belum begitu dikenal, seperti: payung agung, payung balibar, payung getas, payung cawiri dan payung saraniya, kawih bongbongkaso, babahanan, bwatuha, lalanguan panjang, panyaraman,   péngpélédan, sasambatan, sisindiran, tangtung, igel-igelan, dan porod eurih. Di samping itu ada beberapa jenis permainan rakyat, seperti babakutrakan, ceta nirus, ngadu liung, ngadu nini, ubang-ubangan, yang saat ini sudah tidak eksis karena tergeser oleh permainan modern.

Ada jenis kesenian masa silam yang disebutkan dalam SSK, seperti bacangah ‘sejenis wayang’, banyakcatra ‘nama cerita pantun’ beluk, ‘jenis kesenian/nyanyian buhun berirama bebas yang dibawakan dengan nada-nada tinggi oleh beberapa orang secara bergantian. Seni beluk termasuk langka, karena tidak semua orang mempunyai keahlian dalam membawakan nada-nada tinggi. Cerita yang dibawakan berupa legenda atau kisah zaman dahulu’, Bungbung ‘salah satu jenis waditra tiup, terbuat dari seruas bambu berukuran besar yang berfungsi sebagai resonator dari seruas bambu berukuran kecil yang berfungsi sebagai alat tiup’, Calintuh ‘ruas bambu yang dilubangi agar berbunyi bila tertiup angin, jenis kesenian terbuat dari bambu yang dilubangi, berbunyi jika tertiup angin’.

Teks SSK mengungkap beragam jenis alat-alat yang berkaitan dengan gagaman ‘senjata’ atau pakakas ‘perkakas/peralatan’,  antara lain: badi ’perkakas berupa pisau yang tangkainya bengkok/melengkung’, balincong ‘lampu minyak yang biasa digunakan pada pertunjukan wayang kulit/alat gali’, kandaga ‘kotak, peti, sejenis tempayan dari logam’, pamuk ‘sejenis senjata tajam’, patrem ‘pisau kecil/senjata perempuan’, kujang ‘senjata khas orang Sunda zaman dahulu’, sawung galing ‘alat upacara kebesaran berbentuk ayam jantan’, tajimaléla ‘pisau yang terbuat dari baja’, téték saléh ‘1. sejenis tongkat alat upacara kebesaran; 2 seperangkat alat menyirih’, tipulung ‘ikat kepala’, dan lain-lain.

Baca Juga:Hujan, Banjir, Rumah RobohSyibhul Iddah Cegah Poligami Terselubung

Beberapa istilah kuliner terungkap dalam teks naskah SSK, berupa jenis masakan atau tataboga, di antaranya dikenal dengan istilah nyayang ku pedas, nyupar-nyapir, dan nyopong konéng. Juga istilah yang masih sering terdengar saat ini seperti:  gotra sawala ‘berembug/diskusi’, kagurnita ‘terkenal’, haliwawar ‘badai’,  mangkubumi ‘gelar kebangsawanan, tingkat kepangkatan’, sonagar huma ‘pemberani tetapi terlihat kampungan dalam berbahasa’, tanggara ‘tanda/peringatan’, besek ‘tempat makanan persegi empat terbuat dari bambu atau rotan untuk selamatan’, bajra ‘kilat, petir; perkakas zaman dahulu, semacam gada, cepéh cantaék ‘berleha-leha, berlalai-lalai’ (Sumarlina, 2018b) (Sumarlina, 2018c).

0 Komentar