“Ini dari sisi perencanaannya yang tidak matang. Harusnya, kegiatan itu disosialisasikan betul dan harus sampai ke petani langsung agar mereka tidak melakukan penanaman padi terlebih dahulu. Karena dampak dari normalisasi ini kan aliran air ditutup, sementara sawah-sawah para petani ini bukan tadah hujan, melainkan sawah yang sumber airnya dari irigasi. Saya pikir ini tidak maksimal dari sisi perencanaannya,” ucap Cecep.
Terlepas dari tidak matangnya sosialisasi dan perencanaan, pihaknya menuntut agar BBWS Citanduy mengalirkan air untuk menyelamatkan sawah para petani. “Kalau kondisinya sudah seperti ini, mau tidak mau harus dialirkan dulu airnya agar petani tidak rugi. Karena penanaman padi itu sudah mengeluarkan modal baik untuk bibit, pupuk, dan jasa penggarap,” katanya. (cep)
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!