Namun dibandingkan negara lain, angka inflasi Indonesia rendah. Angka inflasi Amerika mencapai 8 persen, Inggris bahkan menyentuh angka 10 persen, apalagi Turki yang inflasinya melambung hingga 70 persen. Tentu hal itu menggerus daya beli dan sosial ekonomi masyarakatnya.
“Inflasi ini permasalahan global dikarenakan adanya disrupsi dari sisi pasokan pasca pandemi. Ketika masa pandemi banyak produsen yang tidak beroperasi, untuk mengembalikan normal itu butuh waktu, ada jeda untuk pemulihan,” ujarnya.
Ditambah geo politik yang tidak mendukung, sambungnya, perang Rusia-Ukraina juga menjadi penyebab melambungnya inflasi global. Negara tersebut sebagai penghasil beberapa komoditas utama, termasuk minyak. “Sehingga pasokan (minyak dan komoditas lain, Red) dunia berkurang dan mengganggu distribusi rantai pasok,” katanya. Dari sisi internal, kata ia, inflasi ini dipicu oleh beberapa gangguan cuaca dan hama.
Baca Juga:Investor Kakap Lirik Properti Luar NegeriLaptop Gaming Cashback Rp 1 Juta
Darjana menitip pesan agar semua pihak menjaga agar inflasi Kota Tasikmalaya ini tidak melambung. “Jangan sampai pasokan (pangan, Red) kurang,” tegasnya. Dalam rangka menjaga inflasi ini, sambungnya, semua pihak harus menyukseskan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
GNPIP ini pun dilakukan melalui empat aksi nyata. Yaitu deklarasi komitmen bersama pelaksanaan operasi pasar secara serentak untuk stabilisasi harga pangan, perluasan kesepakatan kerja sama perdagangan antardaerah untuk menjaga keberlangsungan pasokan dan mengurangi disparitas harga antardaerah, gerakan urban farming dan meningkatkan produktivitas.
“Nitip untuk masyarakat Tasik menjaga pola konsumsi, harus bijak berbelanja dan bisa terapkan urban farming yakni menanam komoditas pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbuka yang ada, misal di pekarangan rumah,” jelasnya.
Selain itu, terapkan nilai-nilai Pancasila yakni gotong royong. “Kekeluargaannya jangan hilang, beli produk tetangga, belanja produk lokal. Gotong royong masyarakat ini akan memperkuat ekonomi daerah,” kata Darjana yang sudah mengabdi di Bank Indonesia selama 24 tahun tersebut. (na)
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!