CIHIDEUNG, RADSIK – Wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang digulirkan pemerintah pusat diharapkan menempuh analisis lebih luas. Terhadap setiap sektor dan beragam aspek yang bakal terimbas kebijakan tersebut.
Aktivis Mahasiswa Kota Tasikmalaya Mochamad Aminudin menuturkan, pengurangan subsisdi BBM mendesak dilakukan. Dampaknya sudah jelas, terhadap kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. “Saya menuntut pemerintah harus melakukan dampak analisis risiko terhadap sektor yang terkena langsung,” ujarnya kepada Radar, Senin (29/8/2022).
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Baca Juga:Rekomendasikan SDN Jagabaya 1 DirelokasiIngin Jadi Pusat Pembibitan Benih Kopi
Menurutnya, sektor pertanian merupakan salah satu yang terdampak serius kebijakan tersebut. Makanya, lanjut Aminudin, perlu upaya mitigasi, salah satunya memberikan kompensasi kenaikan BBM di sektor tersebut.
“Terutama para petani perlu mendapatkan perhatian khsusus dari pemerintah karena akan meningkatnya harga produksi dari produk pertanian seperti kenaikan harga benih, pupuk dan pestisida,” harapnya.
Aktivis PMII itu menilai, selain pada biaya produksi sektor pertanian, akan berdampak juga terhadap meningkatnya biaya pengelolaan lahan yang menggunakan traktor. Ditambah biaya logistik lain yang menggunakan bahan primer BBM. “Sedangkan kenaikan biaya produksi tidak seimbang dengan meningkatnya harga yang ada di konsumen yang mengakibatkan penurunan sehingga kesejahteraan petani akan mengalami penurunan,” keluh dia.
Aminudin menambahkan, pertanian merupakan sektor strategis dan sangat prospektif bagi perekonomian Indonesia. Karena memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia untuk seluruh konsumen di pasar. “Kunci keberhasilanya adalah harus mengakulturasikan strategi ketahanan pangan dan daya saing agar produk pertanian Indonesia mampu memenuhi kebutuahn pangan masyarakat,” analisisnya. (igi)
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!