Dengan kondisi itu, dia menegaskan bahwa pemerintah tidak mencabut subsidi. Justru anggaran subsidi itu terancam habis dalam waktu dekat jika konsumsi BBM bersubsidi tidak mampu dikendalikan.
Ani, sapaan karib Sri Mulyani, juga menyinggung aspek keadilan sosial dalam pemberian subsidi. Ironisnya, BBM bersubsidi yang seharusnya ditujukan untuk masyarakat miskin justru dikonsumsi mayoritas golongan orang kaya.
Dia memerinci, dari subsidi Rp 502 triliun, yang menikmati solar paling banyak adalah empat rumah tangga tertinggi. ”Jadi, nomor satu terkaya, nomor dua terkaya, nomor tiga terkaya, nomor empat terkaya juga. Jadi, 40 persen top tertinggi,” tegasnya. Sama halnya dengan pertalite. Sebanyak 86 persen dari total pertalite subsidi juga dikonsumsi 30 persen golongan terkaya.
Baca Juga:Dua Pekan Harga Telur NormalAkselerasi IPM Melalui Gemas
Kondisi itulah yang menurut Ani perlu dipikirkan dengan baik. Pemberian subsidi dengan mekanisme terbuka seperti itu memang akan terus mengalami persoalan. ”Nambah ratusan triliun berarti nambah lebih banyak untuk yang (golongan) mampu,” ujar dia. (jpc)
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!