PANGANDARAN, RADSIK – Harga komoditas tinggi ditambah daya beli masyarakat turun membuat pedagang di Pangandaran resah.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kabupaten Pangandaran Asep Dudu meyakini bahwa daya beli masyarakat saat ini sedang menurun sehingga berpengaruh besar pada omzet para pedagang tradisional. ”Pendapatan jadi turun, mungkin ada 40 sampai 50 persenan,” katanya kepada Radar, Sabtu (20/8/2022).
Menurut dia, karena kondisi pedagang saat ini sedang sulit, ada beberapa di antaranya beralih profesi untuk sementara waktu. ”Kalau sampai gulung tikar sih tidak ada, kalau alih profesi ada,” tuturnya.
Baca Juga:BPR BKPD Resmi DimergerOptimis Legislatif di Kota Tasik Bertambah
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Dia mencontohkan ada pedagang yang menjadi tukang parkir atau buruh tani untuk sementara. ”Ada yang sampai seperti itu,” ucapnya.
Mahalnya komoditas seperti bumbu dapur, kata dia, juga membuat pembeli malas belanja ke pasar. ”Komoditas seperti cabai rawit dan lain-lain, saat ini harganya cukup mahal, banyak yang enggan belanja banyak-banyak,” ujarnya.
Menurut dia, mahalnya komoditas di pasar memang ada campur tangan tengkulak. ”Ya dipermainkan harga itu, dari petaninya murah dijual ke pasar mahal,” tuturnya
Asep berharap barang-barang menjadi murah kembali dan daya beli masyarakat bisa pulih kembali. ”Jangan sampai ekonomi makronya untung terus, sementara ekonomi mikronya rugi terus,” harapnya.
Salah seorang pedagang bumbu dan sayuran, Juliarsih (45) tidak bisa menurunkan harga barangnya begitu saja. ”Yah kalau dari sananya murah si bisa saja, tapi kalau diturunkan ya bisa rugi,” ucapnya. (den)
[/membersonly]
Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!