BUNGURSARI, RADSIK – Wali Kota Tasikmalaya H Muhammad Yusuf menginstruksikan dinas terkait serius memberikan edukasi terhadap masyarakat. Supaya menjaga dan memperhatikan tumbuh kembang anak.
Menurutnya, dinas-dinas terkait sudah diberikan arahan agar masif membina dan memberikan pengarahan. Baik melalui metode kegiatan di tingkat kelurahan maupun acara keagamaan, agar pola mendidik anak bisa dilakukan dengan ideal, sehingga kualitas perkembangannya sesuai harapan.
“Kita dorong dan instruksikan, edukasi masif. Sebab, berkaca dari banyak kasus, masih sering kita dengar fenomena semacam ini,” ujarnya kepada Radar, Jumat (14/8/2022).
Baca Juga:Ugal-Ugalan, Dihampiri Warga Lalu PingsanSungai Cikaengan Sering Meluap
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Kata Yusuf, dampak perkembangan informasi yang mudah diakses melalui gadget terkadang tidak semua memberikan informasi positif. Siapa pun bisa dengan bebas mengakses informasi melalui perangkat selular atau komputer melalui internet.
“Nah kita tekankan edukasinya juga mengarah kepada benar-benar anak itu terjamin perlindungannya. Jangan sampai masih ada yang tak tahu dan membiarkan ada yang berperilaku negatif terhadap anak atau perilaku sesama teman sebaya anak. Ketika remaja, mereka punya pemikiran sendiri, otomatis mesti diarahkan mengaji dan bersifat keagamaan,” ungkapnya.
Di sisi lain, Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Tasikmalaya menerima laporan kekerasan terhadap anak sebanyak 22 kasus. Terhitung sejak awal tahun sampai Agustus 2022 ini. Kasusnya beragam, baik fisik, seksual sampai pembulian yang motifnya bercanda tapi kebablasan.
“Maka, saat ini juga kami masif edukasi bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang peduli terhadap perlindungan anak.
Sebab, tidak menutup kemungkinan itu terjadi di sekolah dan memang ada laporan juga,” tutur Ketua KAPD Kota Tasikmalaya Eki Sirojul Baehaqi.
Menurutnya, 22 kasus yang terdata korbannya melapor. Ia prihatin, masih ada pihak yang mengira hal semacam itu tabu bahkan takut untuk dilaporkan.
Baca Juga:Ketangkasan Domba Kembali DigelarKorban Pikap Masuk Jurang Diduga Bertambah
“Itu kendala kita bersama, preventif mesti dilakukan bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang memiliki komitmen kuat dalam menjamin perlindungan anak. Kita juga mendorong Perwal Sekolah Ramah Anak. Sebab, kasus kekerasan antar siswa biasa terjadi di jenjang SMP bahkan di SD meski kasusnya relatif sedikit,” keluh dia. (igi)