Painter kelahiran Seattle, negara bagian Washington. Ia tumbuh remaja di kota kecil dekat Sacramento, California. Setamat SMA ia masuk sekolah militer. Ia menjalani pendidikan militer di West Point. Khusus bidang strategi militer dan engineering system.
Dari situ Painter kuliah di Universitas Berkeley: mendalami political economy.
Perusahaan pertama yang ia dirikan bernama Zac.Com. Sebuah start up. Bidangnya penyediaan Apps untuk persewaan mobil. Pengguna apps bisa memilih persewaan mobil paling murah dan baik. Sewa mobil memang jadi kebiasaan umum di Amerika. Konsumennya luas sekali. Dengan apps itu konsumen tidak perlu menelepon satu per satu perusahaan persewaan. Lalu membanding-bandingkannya.
Kelihatan, awalnya, ide itu cemerlang. Painter bisa dapat dana dari dua perusahaan keuangan. Capital One saja menyuntik sekitar Rp 100 miliar.
Wusss wuuusss wuusss.
Ternyata tidak jalan.
Itu tahun 2005.
Baca Juga:Calon Pemilik Tiket ”Ka’bah”Reuni Hamida, Luncurkan Buku Karya Fauz Noor
Tiga tahun kemudian Painter mendirikan perusahaan baru: TrueCar. Dimasukkan pula ke kategori perusahaan teknologi. TrueCar merambah ke apps yang bisa membandingkan harga mobil di agen-agen seluruh Amerika.
Hasilnya: TrueCar digugat para dealer mobil. Dianggap merugikan. Banyak harga yang tertera di apps itu tidak cocok.
TrueCar sibuk melayani gugatan. Termasuk dari berbagai pemerintah negara bagian. Perhitungan pajak di TrueCar dianggap tidak cocok dengan sistem perpajakan di beberapa negara bagian.
Perusahaan itu mengalami kerugian besar. Tiap tahun. Muncul ide baru. Menggabungkan Zac.Com dengan TrueCar. Bakar uang lagi. Tahun 2015 mengambil alih Yahoo.Car. Bakar uangnya jalan terus. Tahun 2019 rugi sekitar Rp 1 triliun. Padahal equity perusahaan hanya sekitar Rp 800 miliar.
Januari lalu muncul ide terbaru. Persewaan mobil listrik sebagai transisi bagi orang yang masih ragu membeli mobil listrik. Painter menangkap perasaan banyak orang yang lagi bimbang: beli mobil listrik atau mobil bensin lagi. Itulah Autonomy. Kategorinya juga perusahaan teknologi.
Ini mirip dengan keraguan orang: apakah tetap pakai listrik PLN atau pasang solar cell. Keraguan itu di dua hal: apakah solar cell itu andal dan apakah bisa lebih menghemat.
Maka di Indonesia lahir perusahaan penyedia solar cell. Ia yang membiayai pembelian dan pemasangannya. Juga pemeliharaannya. Pemilik bangunan membayar listrik ke perusahaan start up tersebut. Harganya 10 persen lebih murah dari harga listrik PLN.