2 Kunci dari Kang Syarif Bastaman untuk Kemajuan Kota Tasik, Awal Agustus Bakal Kopi Darat

Kang Syarif Bastaman
Syarif Bastaman.
0 Komentar

”Locavore diciptakan tak sengaja oleh ibu-ibu-ibu jetset di California yang memiliki kebiasaan rutin gathering sambil lunch or dinner di resto2 fancy, mewah dan mahal,” sejarah istilah baru dikupasnya.

Ibu-ibu jetset itu selalu membahas bahwa makanan yang disajikan semuanya berbahan import dengan kualitas terbaik.

Dagingnya dari Kobe Jepang, salmon dari norwegia, caviar dari Rusia, wine dari Perancis dan lain-lain.

Baca Juga:Sungmin Super Junior Umumkan Kabar Gembira, Akan Menjadi Ayah Setelah 10 Tahun PernikahanKolaborasi Menggebrak! Kim Jung Hyun, Sungyeol, dan Bintang Ternama Lainnya dalam Iron Family

Tiba-tiba mereka tersentak dan tersadarkan bahwa gaya hidup mereka ini tidak benar! 

Merusak lingkungan, menyumbang pada global warming, pemborosan energi dan tidak menghargai petani lokal. 

Mereka merasa bersalah dan melahirkan kesadaran baru. Mulai saat itu mereka hanya mau makan dari pangan lokal.

Keluarlah istilah ”locavore”.  Menjiplak istilah-istilah omnivore, carnivore, herbivore yang sudah ada.

”Saat kita dihadapkan pada krisis global tahun depan, pemikiran semacam ini menjadi sangat relevan. Pangan akan krisis,” ujarnya memperingatkan.

Maka, sambung Kang Iip, pendekatan manajemen pangan menjadi sangat penting dan krusial. 

“Impor pangan kita terlalu tinggi dan itu menyumbang signifikan terhadap Defisit Neraca Keuangan (Current Account Deficit),”  tegasnya lagi 

Baca Juga:Mantan Kep1er, Yeseo dan Mashiro Siap Menggebrak dengan Girl Group Baru, MADEINKlub-Klub Eropa Tak Ada yang Berani Boyong Bintang AC Milan Senilai Rp 3 Triliun

”Kita harus antisipasi segera. Harus berhemat. Salah satu caranya adalah kurangi. Bahkan jika perlu stop impor pangan,” tambah pria yang dijuluki Patas (pengusaha asal Tasik).

Upaya ini, tutur Kang Iip, dilakukan oleh pemerintah. Namun pemerintah saja tidak cukup. Perlu ada perubahan “mindset” dan gaya hidup juga di level masyarakat. 

Salah satunya perlu adanya gerakan semacam “locavore” Indonesia atau ”Indonesian Locavore Society” yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai baru.

Nilai itu diantaranya bahwa makan produk impor itu sesuatu yang memalukan, old fashion. Sedangkan makan pangan lokal adalah sesuatu yang keren dan kekinian.

”Menurut saya akan dapat membantu upaya pemerintah menjaga kemandirian bangsa kita,” yakin Kang Iip lagi.

Upaya ini akan berhasil jika dipelopori oleh tokoh bangsa dan idola masyarakat. Maka jika gagasan ini keluar dari panjenengan, saya yakin akan dahsyat gaungnya. 

0 Komentar