Polda Bobol

Polda Bobol
Dahlan ISkan
0 Komentar

“Allahu Akbar...” imam pun memulai salat duhur dengan gerakan takbiratul ikram, Senin lalu. Sekitar 300 jamaah berbaris di belakang sang imam. Mereka lagi khusuk-khusuknya berkonsentrasi ingin menghadap Allah.

BLAAAARRRR….!!!

Bom besar meledak. Persis di barisan pertama di belakang imam. Ruang dalam masjid itu hancur. Lebih 100 orang meninggal, hanya tiga yang bukan polisi. Lebih banyak lagi yang luka-luka: 220 orang.

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Baca Juga:Tak Cukup Sosialisasi dan KoordinasiLive Selling Dongkrak Penjualan e-Commerce

Masjid itu memang masjid polisi. Di dalam markas polisi. Semacam di Mapolda. Detasemen antiteror pun bermarkas di situ. Dilengkapi pula asrama polisi. Sekitar 600 polisi tinggal di asrama itu.

Begitu banyak polisi yang salat duhur berjamaah. Tepat waktu pula: 13.30 waktu Pakistan. Hanya sedikit yang agak telat. Mereka masih ambil air wudu: berkumur, cuci muka, cuci tangan, cuci lubang hidung dan telinga, membasahi rambut dan cuci kaki.

Mereka yang sedang wudu itu terlempar sampai ke halaman. Bom itu begitu dahsyatnya: 12 kg. Semua itu terjadi di Peshawar, kota paling dekat dengan perbatasan Afghanistan. Peshawar kota transit menuju bagian selatan Afghanistan.

Bom meledak di Peshawar bukan barang baru. Tapi bahwa bom itu meledak di markas polisi, di masjid pula, sulit di mengerti: bagaimana pengebom membawa amunisinya masuk ke markas polisi.

Memang peristiwa mirip itu pernah  terjadi di markas polisi di Indonesia. Di masjid juga: masjid Polres Cirebon. Korbannya juga polisi: 25 orang terluka, termasuk kapolresta Cirebon. Tidak ada yang meninggal di peristiwa tahun 2019 itu.

Tidak sulit menebak siapa pelaku bom di masjid Mapolda Peshawar itu: Tariq Taliban Pakistan (TTP). Tahun lalu pimpinan baru TTP sudah mengeluarkan fatwa: “musuh kita adalah polisi dan pemerintah Pakistan”. Sang Amir, Noor Wali Meshud, melarang tentaranya menyerang sasaran sipil. Tujuannya: untuk memperbaiki citra TTP yang bengis.

Dari nama belakangnya, Meshud, Noor Wali adalah etnis Pashtun suku Meshud. Yakni suku minoritas yang dominan di wilayah tenggara Afghanistan. Mereka ini menghendaki provinsi Waziristan dan tetangganya merdeka. Noor Wali berumur 45 tahun. Ia menggantikan Amir sebelumnya yang tewas ditembak polisi. Bom masjid Polda ini semacam tindakan balas dendam.

0 Komentar