Pentingnya Kemampuan Navigasi bagi Penerbang dan Proses Penerbangan Helikopter di Lanud Wiriadinata

praktek navigasi menjadi tes terakhir bagi siswa penerbang.
Helicopter latih jenis Calibri tiba di Lanud Wiriadinata
0 Komentar

CIBEUREUM, RADARTASIK.ID – Kemampuan navigasi merupakan wawasan pokok yang harus dimiliki oleh setiap penerbang. Karena menerbangkan pesawat butuh pemetaan dan perhitungan spesifik.

Praktek navigasi menjadi tes terakhir bagi para siswa penerbang. Jika tidak mampu menguasai setelah beberapa kali tes, maka siswa terancam dikeluarkan.

Tiga Helikopter EC120B Colibri Mendarat di Lanud Wiriadinata pada Selasa siang (7/3/2023). Pesawat-pesawat itu di bawa oleh 5 siswa penerbang yang melaksanakan latihan NAVEX dari Sekbang A 102 Jurusan Rotary Wing Skadron 7 Lanud Suryadarma, Kalijati.

Baca Juga:Kasus Pelemparan Batu di Indihiang, 9 Orang Jadi TersangkaSalah Sasaran! Disangka Geng Motor, Dani Tewas Dilempari Batu

Instruktur penerbangan Mayor Pnb DJP Hutagalung menjelaskan menerbangkan pesawat tidak mudah. Secara fisik hanya memindahkan dari satu titik ke titik lain.

Namun prosesnya tidak sederhana karena butuh penghitungan jarak, kecepatan sampai jalur yang akan dilalui. “Jadi sebelum terbang memetakan perencanaannya dulu,” ungkapnya.

Setelah lepas landas siswa atau penerbang harus memahami titik koordinat posisi, ketinggian, kecepatan sampai arah laju pesawat. Supaya penerbangan bisa sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

Tetap Gunakan Navigasi Konvensional

Meski perlengkapan navigasi saat ini sudah berkembang menggunakan sistem digital. Khusus dalam proses pendidikan tetap menggunakan sistem manual. “Memang sekarang ada GPS di smartphone dan sebagainya. Tapi ketika tidak ada kan harus tetap bisa,” imbuhnya.

Dia bercerita, banyak hal yang bisa terjadi selama melakukan penerbangan. Mulai dari perubahan perencanaan dan lain-lain. Menyesuaikan dengan kondisi.

“Misal kita melambung sedikit dari rute yang direncanakan, atau cuaca yang tidak mendukung mengharuskan pendaratan darurat,” ucapnya.

Sebab itu penerbang tidak hanya konsentrasi memegang kemudi selama mengudara. Pikiran pun. Harus terus berhitung agar perjalanannya bisa berlangsung dengan lancar. “Jadi multi tasking, tangan di kemudi dan otak terus berpikir dan menghitung,” jelasnya.

Baca Juga:Terdakwa Investasi Bodong Divonis 3 Tahun, Korban dan Terdakwa Sama-Sama KeberatanPerda Tata Nilai Tak Efektif, Nandang Sarankan Dicabut

Terkait cuaca, penerbangan biasanya melihat prediksi dari Meteorologi. Sehingga kendala faktor cuaca terbilang jarang terjadi dalam proses penerbangan.

“Apalagi untuk tes seperti sekarang. Ketika memang prediksi cuaca dinilai berbahaya ya lebih baik ditunda,” katanya.

0 Komentar