Merdeka Ekonomi

Merdeka Ekonomi
Merdeka Ekonomi ilustrasi
0 Komentar

TASIK, RADSIK – Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-77 harus dijadikan momentum membangkitkan kembali semangat pulih dari dampak pandemi Covid-19 dan melawan risiko stagflasi global yang mengancam perekonomian nasional.

”Indonesia didirikan dengan cita-cita mulia melalui perjuangan yang tangguh. Di dalam mencapai cita-cita kemerdekaan, bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai ketidakmudahan. Jika pahlawan kita dulu berjuang melawan penjajah, maka kita saat ini harus berjuang melawan ancaman ekonomi global,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Tasikmalaya Darjana melalui Zoom Meeting belum lama ini.

Namun, esensi perjuangannya sama. Perlu perjuangan, kekompakan dan gotong royong dari seluruh rakyat Indonesia. ”Kita harus optimis untuk kembali bangkit dari keterpurukan ekonomi, sesuai tema HUT RI ke-77 yakni Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat,” katanya.

Baca Juga:Cuaca Ekstrem Kembali MengancamKerja Sama Ciptakan Optimisme

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Darjana menjelaskan, tantangan perekonomian yang mendesak saat ini adalah tekanan inflasi tinggi. Terutama akibat naiknya harga komoditas pangan yang disebabkan oleh kondisi global diwarnai konflik geopolitik, kebijakan proteksionisme, disrupsi pasokan maupun faktor lain seperti gangguan cuaca.

”Tekanan inflasi global pun tertransmisi kepada inflasi bulan Juli 2022 sehingga mendorong inflasi nasional ke posisi 3,85 persen (ytd) mendekati batas atas sasaran target inflasi nasional 3 plus minus 1 persen, sedangkan inflasi Jawa Barat dan Tasikmalaya telah melampaui batas tersebut dengan realisasi masing-masing 4,07 persen (ytd) dan 5,18 persen (ytd),” ujarnya. Inflasi tinggi dekat dengan kemiskinan, sehingga ini harus jadi perhatian semua pihak.

Selanjutnya dampak dari kondisi global menyebabkan turunnya volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia yang tentunya akan tertransmisi terhadap volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

Signal penurunan aktivitas manufaktur di beberapa negara mitra dagang Indonesia seperti regional Eropa, Amerika dan Asia Timur berpotensi pada penurunan kontribusi ekspor nasional dari industri manufaktur di Jawa Barat dan Priangan Timur (Priatim). Yaitu industri pengolahan kayu dan kerajinan, dan produk tekstil.

Sebagai gambaran Purchasing Managers Index (PMI) pada triwulan II/2022 terkoreksi menjadi 41,00 persen dibanding posisi triwulan sebelumnya 52,75 persen, yang mengindikasikan kinerja industri pengolahan mengalami perlambatan.

0 Komentar