Kurban Tanpa Kantong Plastik

Kurban Tanpa Kantong Plastik
ALTERNATIF. DKM Darul Abror Perum Bumi Resik Indah Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes menyiapkan besek untuk pendistribusian daging kurban kemarin. Foto: istimewa
0 Komentar

TAWANG, RADSIK – Hari Raya Idul Adha tidak bisa lepas dari ibadah kurban dan pembagian daging. Hal ini berpotensi meningkatkan produksi sampah plastik dari bekas pembungkus daging.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) H Deni Diyana yang mengaku khawatir dengan serangan sampah plastik di momen Idul Adha. Pasalnya masyarakat sudah terbiasa membagikan daging kurban dengan kemasan kantong plastik.

[membersonly display=”Baca selengkapnya” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”disini”]

Baca Juga:Dinas Terkait Diminta FokusVenue Porprov Jabar Mulai Dibangun

“Setiap Idul Adha selalu ada peningkatan sampah, termasuk plastik,” ungkapnya kepada Radar, Senin (4/7/2022).

Saat ini, volume sampah di Kota Tasikmalaya lebih dari 200 ton per harinya. Di momen tertentu, produksinya bisa meningkat 50% atau bahkan dua kali lipat jumlahnya.

“Dari satu titik saja, bisa berapa kilogram kantong plastik yang digunakan,” ucapnya.

Menyikapi hal tersebut, pihaknya mengajak masya­rakat bisa sadar lingkungan dalam pembagian kurban. Salah satunya dengan meminimalisir penggunaan kantong plastik.

“Meningkatnya volume sampah sudah pasti terjadi, tapi setidaknya tidak didominasi sampah plastik,” katanya.

Apalagi, Kementerian Lingkungan Hidup sudah membuat surat edaran terkait penggunaan kantong plastik.
Hal itu akan ditindaklanjuti dengan menyebarkan edaran tersebut ke panitia-panitia kurban.

Pihaknya menyadari membudayakan untuk menghindari penggunaan kantong plastik bukan hal mudah. Pasalnya masyarakat sudah terbiasa dan nyaman memanfaatkannya.

Baca Juga:Rp 20 Miliar Tersendat di PemerintahPKL Cihideung Akan Diverifikasi Ulang

“Karena mudah dan murah, tapi perlu disadari itu tidak ramah lingkungan,” ujarnya.

Alternatifnya, panitia kurban bisa menggunakan pembungkus lain yang ketika menjadi sampah bisa mudah terurai. Di antaranya bisa dengan daun pisang besek dari anyaman bambu.

“Saya juga di lingkungan rumah beberapa tahun ini pakai besek,” katanya.

Apalagi, kata dia, penggunaan besek atau daun bisa menghidupkan perekonomian masyarakat. Meskipun harga sedikit lebih mahal, tapi lingkungan tetap terjaga dan menghidupkan perekonomian masyarakat.

“Jadi selain berdampak positif ke lingkungan, juga terhadap perekonomian masyarakat,” terangnya. (rga)

[/membersonly]

0 Komentar