Intrik Ada dan Tiada Booth PKL

Intrik Ada dan Tiada Booth PKL
H Ivan Dicksan, Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya
0 Komentar

TASIK, RADSIK – Komisi II DPRD Kota Tasikmalaya angkat bicara meres­pons polemik pendirian lapak atau booth para pedagang kaki lima (PKL) di semipedestrian Jalan HZ Mus­tofa. Sebelumnya publik dibuat bingung dengan pemasangan booth itu yang kemudian hilang begitu saja.

Ketua Komisi II DPRD Kota Tasikmalaya Andi Warsandi mendorong pemkot segera mengambil langkah sesuai dengan kesepakatan awal. Di mana, janji pemerintah menempatkan kembali para pedagang di ruas jalan itu.

Pemasangan booth PKL bisa dilakukan, kata dia, asalkan tidak sampai mereduksi estetika dan fungsi pedestrian yang sudah terwujud. ”Justru harus mengatrol nilai estetika terhadap upaya penataan kota yang sudah dilakukan,” tuturnya usai menerima audiensi, Selasa (8/11/2022).

Baca Juga:Menghitung HariPastikan 10 Program PKK Terlaksana

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Pihaknya juga mendorong pemkot melakukan validasi data jumlah PKL yang ada di ruas jalan HZ. Informasi yang dia himpun kurang lebih ada sekitar 48 pedagang yang biasa mengais rezeki di jalur tersebut. ”Kita minta itu dikonfirmasi ulang, supaya jumlahnya fiks, dipahami dan disepakati bersama,” ujarnya.

Adapun terjadi silang pendapat terkait keberadaan booth PKL, Ketua Fraksi Gerindra itu menekankan pemkot segera menjelaskan ke publik. Sebab, hal itu sudah menjadi kebijakan pemkot dan bukan kewenangan BJB yang tak lain sebagai mitra strategis pemerintah daerah. ”Kita berharap, persoalan booth ini segera selesai, lakukan pematangan konsep dan sebagainya. Jalan sudah bagus, para pemilik toko juga menjadi nyaman jika PKL tertata rapih sehingga terjadi simbiosis mutualisme yang baik,” katanya diamini Sekretaris Komisi II Hj Ai Elah.

Di tempat terpisah, Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya H Ivan Dicksan menyebut kaitan booth PKL yang dipasang dan diambil kembali merupakan miskomunikasi.

Dia menceritakan, sejatinya penataan HZ Mustofa dan Cihideung, tidak terlepas dari keberadaan PKL yang sebelumnya sudah beraktivitas sejak lama di sana. Para pedagang saat pelaksanaan rekonstruksi akan dilangsungkan, diajak bicara berkaitan rencana perubahan wajah pusat kota itu.

”Di awal pembangunan pun pembicaraan kita itu, bagaimana kawasan pedestrian di sana, bisa sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi salah satunya para pedagang,” kata Ivan.

0 Komentar