Industri Tekstil Defisit Tenaga Kerja 135 Ribu Orang

Industri Tekstil Defisit Tenaga Kerja 135 Ribu Orang
INDUSTRI. Pekerja menata bahan kain di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan. Foto: Miftahulhayat / Jawapos
0 Komentar

JAKARTA, RADSIK – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan. Apalagi, sektor itu adalah padat karya dan berorientasi ekspor. Periode Januari–April 2022, TPT menjadi penghasil devisa dengan nilai sebesar USD 5,36 miliar.

“Dengan kontribusi tersebut, industri TPT memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam mendorong perekonomian nasional,” ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian Arus Gunawan akhir pekan lalu (27/8/2022).

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Baca Juga:Home Concert Wadahi Bibit Musisi ProfesionalSegudang Prestasi di Olahraga dan Seni

Arus mengemukakan, kinerja industri TPT akan berjalan lebih baik jika ditopang SDM yang memadai dan kompeten. “Pada masa pandemi Covid-19, menyerap tenaga kerja hingga 3,65 juta orang atau 19,5 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur,” katanya.

Meskipun demikian, industri TPT nasional masih kekurangan pasokan tenaga kerja. Jumlahnya pun signifikan hingga 135.000 orang per tahun.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menambahkan, ke depan SDM industri yang unggul dan adaptif dengan perubahan menjadi kunci kemajuan bisnis sekaligus kemajuan suatu negara.

“Namun, Indonesia saat ini masih tertinggal kualitas SDM-nya dari negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama. Pada 2022, indeks human capital Indonesia berada di peringkat ke-96 dari 174 negara dan berada di belakang beberapa negara Asia Tenggara. Bahkan, saat pandemi, kita dihadapkan pada kenyataan pahit, kita kekurangan tenaga medis,” ujarnya.

Merujuk studi terbaru McKinsey, Arsjad menyatakan bahwa 30 persen pekerja global akan tergantikan oleh otomatisasi pada 2030. Selain itu, pekerjaan administrasi nantinya tergantikan oleh teknologi AI, sama halnya dengan sektor industri SDA yang secara perlahan bertransisi menuju industri hijau.

Arsjad memprediksi, di Indonesia akselerasi Teknologi 4.0 memiliki potensi untuk mendorong produktivitas dan menghasilkan keuntungan hingga 70 persen bagi perusahaan, menciptakan 20 juta lapangan kerja baru, serta menciptakan tambahan USD 120 miliar dalam output ekonomi tahunan. Industri tekstil sendiri menjadi salah satu industri yang masuk prioritas Industri 4.0.

“Hal ini merupakan momentum sekaligus peluang yang mesti kita siapkan untuk mencapainya,” ujarnya.

0 Komentar