Beras Manja

Beras Manja
0 Komentar

BUKAN main gembira hati saya: sudah ada UMKM yang berhasil memproduksi beras porang. Di Jateng. Tepatnya di kota Juwono, Pati.

Harganya pun sangat porang: Rp 185.000/kg.

Saya tahu perkembangan baru itu dari sesama Magetan: Endro Prasetyo Utama. Endro kini jualan beras porang itu. Endro pakai merek sendiri: MaMaGu (Madiun Makan Glukomanan). Glukomanan adalah kandungan tepung porang. Di glukomanan itulah kekuatan tepung porang. Dengan segala kebaikannya, nol karbohidratnya, dan kekayaan seratnya.

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Baca Juga:Sudah Rotasi Empat KiperPPP Kota Tasik Jangan Reaktif

Endro tertarik ke porang sejak 2019. Yakni sejak menjadi koordinator pemasaran sepeda motor Yahama daerah Madiun dan sekitarnya. Di musim tertentu banyak sekali orang pedesaan Madiun membeli sepeda motor. Secara kontan. Endro pun melakukan penelitian: dari mana mereka mendapat uang. ”Ternyata dari panen porang. Sejak itu saya tahu apa itu porang,” ujarnya.

Tahun-tahun sebelum Covid harga porang memang sampai Rp 9.000/kg. Sekarang harga porang tinggal Rp 3000/kg. Maka kabar UMKM bisa memproduksi beras porang pun seperti angin surga. Berarti masyarakat segera mengonsumsi beras porang. Permintaan dalam negeri pun bisa segera naik.

Anjloknya harga porang itu akibat Tiongkok menghentikan impor porang. Baik umbinya, chip-nya maupun tepungnya. Sampai-sampai Presiden Jokowi memasukkan porang sebagai salah satu agenda pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden Xi Jinping dua bulan lalu.

Hasilnya: Tiongkok sudah siap mengimpor porang lagi. Sudah sembilan eksporter yang diizinkan ekspor ke Tiongkok.

Endro termasuk orang yang datang ke dunia porang belakangan. Telat. Ketika ia beli bibit harga bibit lagi mahal-mahalnya. Ketika panen, harga porang lagi murah-murahnya. Ia ingat, ketika membeli bibit dalam bentuk umbi dulu harganya Rp 310.000/kg. Ia menanam porang 1 hektare. Ketika panen harga jualnya di bawah Rp 3000/kg.

Endro asli Sobontoro. Yakni satu desa antara Maospati dan Ngawi. Sejak sekolah Akademi Pariwisata di Solo, Endro jadi orang kota. Ia bekerja di dunia otomotif. Selama 20 tahun. Lalu belakangan pindah ke sepeda motor Yamaha.

0 Komentar