Belum Ada Pembatasan Pembelian Pertalite

Belum Ada Pembatasan Pembelian Pertalite
ISI BENSIN. Pengendara mengisi BBM jenis pertalite di salah SPBU kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Dery Ridwansah/JawaPos.com
0 Komentar

JAKARTA, RADSIK – Antrean pembelian bahan bakar minyak (BBM) seperti di sejumlah SPBU di Bogor beberapa hari terakhir dipastikan terjadi karena adanya peningkatan konsumsi. Bukan lantaran Pertamina mulai membatasi BBM bersubsidi, terutama pertalite.

Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting memastikan tidak ada pembatasan apa pun yang dilakukan Pertamina. ”Hingga saat ini belum ada pembatasan untuk pertalite,’’ ujarnya kepada Jawa Pos, Kamis (11/8/2022).

Irto mengakui ada peningkatan konsumsi BBM. Namun, dia enggan memerinci berapa dan sejak kapan terjadi. Yang pasti, Irto memastikan bahwa stok BBM nasional hingga kini masih aman. ”Memang sedang ada peningkatan permintaan,” imbuhnya.

Baca Juga:Jokowi Sudah Kantongi Nama Calon Menpan RBTembak Menembak

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Dirut Pertamina Nicke Widyawati dalam kesempatan sebelumnya memastikan tidak ada pembatasan pembelian BBM. Terkait implementasi MyPertamina pun saat ini baru memasuki masa pendaftaran. ”Per 1 Juli ini tahapan pendaftaran. Kami belum melakukan pembatasan apa pun. Saat ini adalah masa pendaftaran kendaraan-kendaraan untuk mendapatkan QR code,’’ ucapnya.

Dia menjelaskan, saat ini harga pertalite maupun solar subsidi masih disubsidi. Pemerintah harus menyubsidi BBM solar itu sekitar Rp 12 ribu per liter. Sedangkan pertalite yang saat ini harganya Rp 7.650 per liter disubsidi hampir Rp 10 ribu per liter.

Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pemerintah dan DPR sebelumnya sepakat untuk menganggarkan subsidi energi termasuk untuk pertalite, solar, LPG, dan listrik mencapai Rp 502 triliun. Jumlah itu didapat setelah disepakati tambahan anggaran subsidi sebesar Rp 349,9 triliun.

Namun, subsidi sebesar Rp 502 triliun tersebut berdasar perhitungan untuk perkiraan volume konsumsi pertalite mencapai 23 juta kiloliter (kl). Ternyata, angka konsumsi itu bertambah setelah menteri ESDM dan DPR melakukan estimasi. ”Sekarang ternyata sampai dengan Juli itu volumenya banyak banget naik. Sehingga, estimasi menurut Pak Menteri ESDM dengan DPR waktu itu realisasinya bisa sampai 28 juta kl,” ungkapnya. Padahal, lanjut dia, anggarannya cuma untuk 23 juta kl. ”Ini kan berarti akan ada tambahan di atas Rp 502 triliun yang sudah kita sampaikan,’’ sambungnya.

0 Komentar