APBD Tak Akan Bisa Mengatasi

APBD Tak Akan Bisa Mengatasi
ANTRE BANSOS. Warga Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya sedang mengantre pembagian bantuan sosial awal September .dok. sona sonjaya / radar tasikmalaya
0 Komentar

Persentase warga miskin di Kota Tasikmalaya kembali meningkat pada 2021. Hal itu seiring dengan kesenjangan ekonomi yang juga semakin renggang antara si miskin dan si kaya

Laporan: RANGGA JATNIKA

BERDASARKAN data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tasikmalaya, pada 2021 persentase warga miskin ada di angka 13,13 persen. Jika dihitung dari jumlah penduduk 723.921 (data BPS), maka warga miskin di Kota Resik berjumlah sekitar 95.050 orang.

Angkanya terus meningkat di tiga tahun terakhir. Di mana pada 2019 di angka 11,60 persen dan 2020 di angka 12,97 persen.

Baca Juga:Strategi Jitu Caleg BokekKekalahan Modal Tempur Berikutnya

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Kepala BPS Kota Tasikmalaya Bambang Pamungkas SST menerangkan bahwa persentase itu tidak dilakukan berdasarkan penduduk sesuai Kartu Tanpa Penduduk (KTP). Namun data itu meliputi warga yang sudah berdomosili di Kota Tasikmalaya setidaknya setahun. ”Jadi warga luar pun kalau sudah setahun kita hitung meskipun bukan KTP Kota Tasik, karena warga Kota Tasik yang merantau ke luar daerah pun banyak juga,” ucapnya.

Banyaknya warga miskin ditentukan oleh garis kemiskinan yang setelah dihitung, pengeluaran perkapita dalam satu bulan Rp 480.341 untuk makanan dan nonmakanan. Artinya warga dengan pengeluaran kurang dari jumlah tersebut masuk kategori di bawah garis kemiskinan. ”Itu standar pengeluaran minimal untuk hidup di Kota Tasik secara layak,” tuturnya.

Angka tersebut tidak berpatokan pada penghasilan atau pengeluaran langsung dari warga. Berbagai pemenuhan kebutuhan dari segala sumber bantuan pemerintah pun ikut dihitung. ”Misal sekolah gratis, kita hitung itu sebagai pengeluaran warga hanya saja dibayar oleh pemerintah,” katanya.

Ditanya soal sebaran, pihaknya tidak mengolah data lebih jauh sampai penyebarannya. Namun kerawanan kemiskinan bukanlah di pelosok atau perkampungan, melainkan wilayah perkotaan. ”Karena kalau di permukiman kota segala sesuatu harus beli, beda dengan di kampung di mana warga bisa memanfaatkan hasil pertanian sendiri,” ucapnya.

Selain persentase kemiskinan, tingkat kesenjangan sosial di Kota Tasikmalaya pun semakin buruk dengan indeks gini ratio pada 2021 di angka 0,414. Hal itu meningkat dari tahun sebelumnya di mana pada 2020 di angka 0,366 dan 2019 di angka 0,360. ”Kesenjangannya meningkat tapi masih dalam kategori sedang,” katanya.

0 Komentar