Amplop Suharso

Amplop Suharso
0 Komentar

INI langka sekali: PPP masuk Disway. Tidak banyak yang menyangka Ketua Umum Suharso Monoarfa bisa diganti. Di tengah jalan. Kemarin dini hari.

Yang mengherankan: prosesnya mulus sekali. Seperti bukan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tidak ada perlawanan. Tidak ada intrik. Baik dari sang ketua umum maupun dari pion-pionnya.

Mungkin karena Suharso sendiri lagi tidak ada di Jakarta. Ia lagi melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Ia ke Prancis. Ke pabrik pesawat Airbus. Suharso memang seorang anggota kabinet Presiden Jokowi. Ia Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

Kudeta?

Baca Juga:Angkot Semakin TercekikKenaikan BBM, Pukulan Pascapandemi

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Kelihatannya tidak. Tekanan pada dirinya memang luar biasa. Terutama dari internal partai. Kalau tidak mundur, perolehan suara PPP bisa nyungsep. Terutama di basis pesantren di Jawa.

Anda sudah tahu: Suharso mengucapkan kata-kata yang dianggap menghina kiai. Yakni soal budaya memberi amplop pada kiai.

Waktu itu Suharso jadi pembicara di forum yang diadakan KPK. Ketika bicara sulitnya memberantas korupsi, Suharso menyelipkan contoh budaya amplop untuk kiai.

Heboh.

Terutama di kalangan NU. Amplop untuk kiai bukan upeti atau sogok. Itu lebih bersifat mengharap berkah. Suharso sebenarnya tidak salah. Ia tidak bijaksana. Mungkin karena ia bukan tokoh yang datang dari kalangan pesantren. Bukan pula NU. Bahkan, seperti banyak diungkap di media, Suharso bukan orang Jawa. Meski namanya Suharso ia Monoarfa. Dari Gorontalo.

Ini dekat Pemilu. Heboh seperti itu hanya menyulitkan PPP yang sudah sulit. Apalagi ada yang sampai mengadukannya ke polisi. Dianggap mencemarkan nama baik kiai.

Yang juga banyak disesalkan adalah: ia tidak mau minta maaf. Langsung. Maafnya dilewatkan pengurus lain. Kemarahan kian memuncak. Tiga unsur penting dalam PPP kompak: minta Suharso mundur. Yakni Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, dan Majelis Pertimbangan.

Baca Juga:Gencarkan Edukasi Kesehatan kepada Masyarakat10 MILIAR UNTUK ALUN-ALUN SINGAPARNA

Maka tidak ada lagi yang di belakangnya. Menurut sumber Disway, Suharso mengirim text dari luar negeri. Text itu dikirim ke salah seorang pengurus. Dari situlah mulai berkembang pemikiran: apa yang harus dilakukan.

0 Komentar