19 Nyawa Melayang Akibat DBD

19 Nyawa Melayang Akibat DBD
PERIKSA. Petugas dari Dinas Kesehatan saat melakukan penelitian epidemiologi di lingkungan korban meninggal dunia akibat DBD di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes, kemarin. Foto: Firgiawan/Radar Tasikmalaya
0 Komentar

CIPEDES, RADSIK – Cuaca yang tidak menentu berimbas terhadap masifnya warga terdampak nyamuk demam berdarah dengue (DBD). Sampai 7 Juli 2022, tercatat 19 nyawa melayang sejak awal tahun.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Abdullah Mubarok menuturkan, angka tersebut menempatkan Kota Resik sebagai daerah tertinggi se-Indonesia dalam kematian kasus DBD. Sebanyak 16 di antaranya merupakan anak-anak usia 1 sampai 14 tahun. Seperti yang dialami Ananda Reisya, anak berusia 1 tahun 7 bulan yang menjadi korban ke 19 DBD.

[membersonly display=”Baca selengkapnya” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”disini”]

Baca Juga:Tekan Penggunaan Plastik di Hari KurbanTutup atau Buka, Infrastruktur Menyesuaikan

“Di Kelurahan Sukamanah, 2 anak meninggal dunia lantaran DBD. Kita kesini sambil takziah, juga melakukan penyelidikan epidemiologi ke lingkungan sekitar,” ujarnya disela penelitian di sekitaran rumah duka Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes, Jumat (8/7/2022).

Menurutnya, dari hasil penelitian, di rumah korban ditemukan titik positif jentik nyamuk DBD di kamar mandi. Ia mengingatkan kembali agar penghuni rumah bisa menjaga perilaku hidup sehat di keluarga, terutama bagian rumah dan pekarangan.

“Karena memang sebenarnya penyakit DBD ini kembali pada perilaku hidup sehat di keluarganya,” kata Abdullah.

Selain perilaku hidup bersih dan sehat, di musim penghujan dan cuaca yang tidak menentu, pihaknya menekankan supaya keluarga dan warga sekitar juga aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kemudian memperhatikan dan menekan adanya potensi genangan air minimal di lingkungan dan di dalam rumah. “Karena beberapa temuan juga ada yang di pot bunga, dispenser bagian talang airnya dan kulkas,” analisisnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Asep Hendra merinci, dari 19 kasus meninggal dunia, 16 diantaranya berusia anak-anak. 1 ibu hamil, 1 ibu nifas, 1 ibu usia 34 tahun.

“Tingkat resistens nyamuk DBD di kita ternyata sudah memiliki kekebalan luar biasa, sehingga kita sekalipun melakukan fogging itu sudah betul-betul tidak efektif,” tuturnya.

Jumlah kasus yang terakumulasi sejak awal tahun pun sudah mencapai 1.154 kasus. Ia mengingatkan masyarakat terus melaksanakan PSN berkelanjutan dan berkualitas, dan ketika menemukan balita, anak, sampai remaja mengalami demam. Segera diperiksakan ke puskesmas terdekat.

0 Komentar